> >

Thailand Diproyeksi Dapat Cuan Paling Banyak dari Pelarangan Ekspor Bahan Pangan Negara Tetangga

Kompas dunia | 25 Mei 2022, 22:30 WIB
Ekspor unggas Thailand adalah nomor dua setelah beras. Thailand, pengekspor utama gula, ayam, dan beras, tampaknya akan dapat cuan paling banyak karena tetangganya di Asia melarang ekspor bahan pangan dan komoditas pertanian untuk melindungi konsumen dari lonjakan harga. (Sumber: Straits Times)

Produsen lokal saat ini menunda penandatanganan kontrak jangka panjang produk pertanian dengan ekspektasi harga yang lebih tinggi, kata Sirivuthi.

Pengiriman beras, ekspor pertanian terbesar Thailand, diperkirakan oleh pemerintah mencapai level tertinggi dalam empat tahun dengan jumlah setidaknya 8 juta metrik ton tahun 2022.

Ekspor biji-bijian juga melonjak sekitar 30 persen selama setahun terakhir di Chicago.

Thailand melihat permintaan meningkat dengan cepat untuk produk berasnya, termasuk dari Irak. Tetapi, kenaikan harga mungkin membuat pembeli mengadopsi pendekatan menunggu dan melihat, kata Chookiat Ophaswongse, presiden kehormatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand.

Baca Juga: Komisi Eropa Sebut 20 Juta Ton Gandum Terjebak Perang di Ukraina, Picu Meroketnya Harga Pangan

Gula Kristal Putih. Thailand, pengekspor utama gula, ayam, dan beras, tampaknya akan dapat cuan paling banyak karena tetangganya di Asia melarang ekspor bahan pangan dan komoditas pertanian untuk melindungi konsumen dari lonjakan harga  (Sumber: intisari.grid.id)

Meskipun sejauh ini tidak ada negara yang membatasi ekspor beras, perdagangannya perlu dipantau secara ketat, katanya.

Unggas adalah penghasil ekspor makanan terbesar di Thailand setelah beras, dan larangan Malaysia seharusnya menjadi keuntungan bagi negara tersebut.

Asosiasi Eksportir Pengolahan Broiler Thailand memperkirakan pengiriman akan meningkat menjadi 950.000 ton tahun ini dari 930.000 ton pada 2021.

Charoen Pokphand Foods, produsen daging Thailand yang dimiliki oleh keluarga miliarder Chearavanont, berada dalam posisi kuat untuk menyambar pemulihan konsumsi pascapandemi, kata analis RHB Research Institute Soon Wei Siang dalam sebuah catatan, Rabu (25 Mei).

"Eropa dan Jepang punya permintaan yang sangat kuat untuk unggas Thailand karena mereka mulai melonggarkan pembatasan ekonomi," kata Kukrit Arepagorn, manajer asosiasi broiler.

Namun, permintaan China menjadi perhatian, karena kebijakan lockdown virus Covid-19 dan inspeksi impor yang ketat, katanya.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Straits Times


TERBARU