> >

Siap-Siap, Mulai Harga Mi sampai Telur Berpotensi Naik, Imbas India Larang Ekspor Gandum

Kompas dunia | 15 Mei 2022, 10:11 WIB
Seorang pekerja menyegel karung berisi gandum di Gurdaspur, di negara bagian Punjab, India utara, 30 April 2014. India hari Jumat, (13/5/2022) mengeluarkan kebijakan pelarangan total ekspor gandum yang berlaku saat ini juga, dengan alasan risiko terhadap ketahanan pangannya, sebagian karena perang di Ukraina. (Sumber: AP Photo/Channi Anand, File)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, larangan ekspor gandum yang dikeluarkan India dapat berimbas pada stabilitas pangan dalam negeri. 

Sebab, Indonesia mengimpor 11,7 juta gandum setiap tahunnya atau setara dengan 3,45 milliar dollar AS. 

"Jadi kalau India melakukan proteksionisme dengan larang ekspor gandum, sangat berisiko bagi stabilitas pangan dalam negeri," kata Bhima mengutip Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).

Baca Juga: India Keluarkan Larangan Total Ekspor Gandum, Ini Alasannya

Terlebih, tahun ini, angka impor tersebut mengalami kenaikan 31,6 persen dari tahun lalu.

Menurut Bhima, larangan ini akan berdampak pada harga di pasar internasional yang sebelumnya telah naik 58,8 persen dalam setahun terakhir.

Dengan kondisi ini, imbas inflasi pangan akan menekan daya beli masyarakat.

"Contohnya tepung terigu, mi instan sangat butuh gandum, dan Indonesia tidak bisa produksi gandum," jelas dia.

Bhima melanjutkan, pakan ternak yang sebagian menggunakan campuran gandum juga berpotensi menyebabkan harga daging dan telur naik.

Ditambah, kata Bhima, banyak industri makanan minuman skala kecil yang harus putar otak untuk bertahan di tengah naiknya biaya produksi.

Baca Juga: Uni Eropa Bertekad Bantu Ekspor Gandum Ukraina yang Terhalang Blokade Rusia agar Dunia Tak Kelaparan

Tidak hanya mengancam stabilitas pangan di Indonesia, Bhima mengatakan, larangan ini juga mengancam pasokan global yang sebelumnya telah turun akibat invasi Rusia.

Ini akan berdampak pada keberlanjutan usaha yang menggunakan gandum sebagai bahan baku sehingga pengusaha harus segera mencari sumber alternatif gandum.

"Ini harusnya menjadi kesempatan bagi alternatif bahan baku selain gandum seperti tepung jagung, singkong, hingga sorgum yang banyak ditemukan di Indonesia," ujarnya.

Bhima berahrap pemerintah mempersiapkan strategi mitigasi berlanjutnya ekspor gandum India.

"Sekarang harus dihitung berapa stok gandum di tanah air dan berapa alternatif negara penghasil gandum yang siap memasok dalam waktu dekat," kata dia.

"Bukan tidak mungkin, Pemerintah Indonesia bersama negara lain melakukan gugatan kepada India ke WTO karena kebijakan unilateral India merugikan konsumen dan industri di Indonesia," tutupnya.

Baca Juga: Kapal Rusia yang Angkut 27.000 Ton Gandum Curian dari Ukraina Diyakini Berlabuh di Suriah

Sebagai informasi, India mengeluarkan kebijakan pelarangan total ekspor karena risiko terhadap ketahanan pangan India. Alasan lain karena dampak perang di Ukraina, seperti laporan Associated Press, Sabtu (14/5/2022).

Tujuan utama pelarangan ekspor gandum, menurut pemerintah India, adalah untuk mengendalikan kenaikan harga domestik. Harga gandum dunia sendiri meningkat lebih dari 40 persen sejak awal tahun.

Sebelum perang, Ukraina dan Rusia menyumbang sepertiga dari ekspor gandum dan jelai global. Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, pelabuhan Ukraina telah diblokir dan infrastruktur sipil serta gudang gandum dihancurkan.

Penulis : Hasya Nindita Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU