> >

Korban Meninggal Terduga Covid-19 di Korea Utara Bertambah 15, Total Jadi 42 Orang

Kompas dunia | 15 Mei 2022, 07:50 WIB
Kematian tambahan yang dilaporkan pada hari Minggu, (15/5/2022) menjadikan kematian terkait demam yang dilaporkan di negara itu menjadi 42. (Sumber: AP Photo)

SEOUL, KOMPAS.TV — Korea Utara pada hari ini, Minggu (15/5/2022) mengkonfirmasi tambahan 15 orang meninggal dunia dan ratusan ribu pasien tambahan dengan gejala mirip flu menjadikan kematian terkait demam di Korea Utara menjadi 42 orang.

Seperti laporan Associated Press, Pemerintah Korea Utara mengerahkan lebih dari satu juta pekerja kesehatan dan lainnya untuk mencoba menekan wabah Covid-19 pertama di negara itu.

Setelah mempertahankan klaim bahwa dua tahun terakhir bebas dari virus Corona, Korea Utara mengumumkan pada Kamis (14/5) lalu mereka menemukan pasien Covid-19 pertamanya sejak pandemi dimulai.

Sejak itu dikatakan demam telah menyebar ke seluruh negeri secara eksplosif sejak akhir April tetapi belum mengungkapkan secara pasti berapa banyak kasus Covid-19 yang ditemukan.

Beberapa ahli mengatakan Korea Utara tidak memiliki kit diagnostik yang diperlukan untuk menguji sejumlah besar pasien terduga Covid-19.

Kantor Berita Pusat Korea KCNA juga melaporkan tambahan 296.180 orang dengan gejala flu, sehingga total yang dilaporkan menjadi 820.620.

Wabah itu memicu kekhawatiran tentang krisis kemanusiaan di Korea Utara karena sebagian besar dari 26 juta orang di negara itu diyakini tidak divaksinasi terhadap virus Corona dan sistem perawatan kesehatan masyarakatnya berantakan selama beberapa dekade.

Beberapa ahli mengatakan Korea Utara mungkin menderita kematian besar jika tidak segera menerima pengiriman vaksin, obat-obatan, dan pasokan medis lainnya dari luar.

Baca Juga: 27 Warga Korea Utara Tewas karena Demam, Kim Jong-Un: Negara Hadapi Bencana Terbesar

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Kim Jong-un mengumumkan negaranya tengah hadapi bencana terbesar setelah 42 orang dikabarkan tewas karena demam, Sabtu (14/5/2022). (Sumber: KRT via AP)

Sejak Kamis, Korea Utara memberlakukan lockdown nasional untuk memerangi virus tersebut.

Para pengamat mengatakan hal itu dapat semakin membebani ekonomi rapuh negara itu, yang menderita dalam beberapa tahun terakhir karena berkurangnya secara tajam perdagangan eksternal yang disebabkan oleh penutupan perbatasan terkait pandemi, akibat sanksi ekonomi AS atas program nuklirnya dan akibat salah urusnya sendiri.

Selama pertemuan tentang wabah hari Sabtu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggambarkan wabah itu sebagai pergolakan besar secara historis dan menyerukan persatuan antara pemerintah dan rakyat untuk menstabilkan wabah secepat mungkin.

KCNA mengatakan per hari ini, lebih dari 1,3 juta orang telah terlibat dalam pekerjaan untuk memeriksa dan merawat orang sakit dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan.

Dikatakan semua orang dengan demam dan orang lain dengan gejala abnormal sedang dikarantina dan dirawat.

Dari mereka yang memiliki gejala, 496.030 telah pulih, sementara menurut catatan hari Sabtu, 324.4550 masih menjalani perawatan, seperti dilaporkan KCNA mengutip pusat pencegahan epidemi darurat negara itu.

Laporan media pemerintah mengatakan Kim dan pejabat senior Korea Utara lainnya menyumbangkan obat-obatan cadangan pribadi mereka untuk mendukung perjuangan anti-pandemi negara itu.

Selama pertemuan kemarin, Kim menyatakan optimisme negara itu dapat mengendalikan wabah, dengan mengatakan sebagian besar penularan terjadi di dalam komunitas yang terisolasi satu sama lain dan tidak menyebar dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU