> >

Kisah Cinta Tidak Biasa Lelaki Thailand, Selama 21 tahun Simpan Jenazah sang Istri

Kompas dunia | 14 Mei 2022, 23:13 WIB
Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, 73 tahun, selama 21 tahun tinggal dengan jasad mendiang istrinya karena dia tidak sanggup hati untuk mengkremasi  setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001. (Sumber: Straits Times)

BANGKOK, KOMPAS.TV - Beberapa menganggapnya sebagai kisah cinta yang sangat romantis, sementara yang lain mungkin terkejut dengan sifat tidak wajar dari kisah ini. 

Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, 73 tahun, selama 21 tahun tinggal dengan jasad mendiang istrinya. Dia tidak sampai hati untuk melakukan kremasi setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001, seperti laporan Straits Times, Sabtu (14/5/2022).

Selama lebih dari dua dekade, jenazah Jirawan Khaosun dibaringkan di peti mati yang disembunyikan di gudang terlantar di ujung halaman rumah Janwatchakal yang memiliki 780 meter persegi di distrik Bang Khen, Bangkok.

"Saya telah menyimpan jenazahnya selama 20 tahun, saya pikir itu cukup," kata Charn setelah akhirnya mengkremasi jasad sang istri pada 30 April.

Kabar ini kemudian terkenal di Thailand sebagai "kisah cinta tanpa akhir" terutama oleh mereka yang mengetahuinya.

Pasangan ini pertama kali bertemu tahun 1972 di sebuah rumah sakit tentara di mana Charn adalah pasien dan Jirawan bekerja sebagai apoteker. Mereka segera menikah dan memiliki dua putra.

"Saya terkesan dengan ketekunannya," kata Charn, seraya menambahkan dia merasakan cinta sejak pertama kali memandang Jirawan.

"Kami tidak pernah bertengkar. Dia selalu super tenang, kalem dan tidak pernah marah kepada siapa pun," katanya.

Baca Juga: Lelaki Jepang ini Menikahi Tokoh Kartun Fiktif dan Ingin Berbagi Kisah Cinta Membara, Menggetarkan

Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, 73 tahun, selama 21 tahun tinggal dengan jasad mendiang istrinya karena dia tidak sanggup untuk mengkremasi setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001. (Sumber: Straits Times)

Pada akhir 2001, Jirawan, saat itu berusia 55 tahun, pingsan setelah menderita aneurisma otak dan meninggal tiga hari setelah dirawat di rumah sakit.

"Saya tidak sempat mengucapkan kata-kata terakhir padanya. Dia tidak sadarkan diri dan tidak bisa mendengar apa-apa," kata Charn.

Saat mendaftarkan kematian istrinya kepada pihak berwenang dan melakukan ritual keagamaan saat itu, dia dan putranya - yang sedang menempuh pendidikan tinggi pada saat itu - memutuskan untuk tidak mengkremasinya.

"Kami memutuskan tidak ingin mengganggu studi mereka," kata Charn, menambahkan mereka semua merasa sulit secara emosional untuk "melepaskan" dan menjalani kremasi.

"Cinta yang saya miliki masih begitu kuat... Jadi kami memutuskan untuk tidak mengkremasi jenazahnya. Saya memberi tahu kedua putra saya bahwa ibu masih di sini dan akan tinggal di sini," katanya.

Charn, yang berjalan dengan pincang karena cedera yang dideritanya selama bertugas di ketentaraan, akan duduk di ambang pintu gudang untuk membaca buku atau mengobrol dengan istrinya "seolah-olah dia masih hidup".

"Saya selalu berbicara dengannya tentang kedua putra saya. Bagaimana (mereka) lulus ujian," katanya.

Baca Juga: Kisah Cinta 2 Tentara Ukraina, Lakukan Pernikahan di Tengah Perang dengan Seragam Tempur

Saat jasad Jirawan dipindahkan untuk menjalani kremasi. Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, 73 tahun, selama 21 tahun tinggal dengan jasad mendiang istrinya karena dia tidak sanggup untuk mengkremasi setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001. (Sumber: Straits Times)

Perlu waktu lebih dari 20 tahun, tetapi Charn mengatakan dia akhirnya merasa telah secara emosional menerima kematian istrinya dan bisa menjalani kremasi.

Dia juga khawatir tentang implikasi hukum dari menyimpan mayat di rumah seseorang karena ilegal melakukannya di Thailand.

"Dulu saya khawatir suatu hari polisi akan datang dan menanyakan jenazahnya," katanya.

Disegel dalam peti mati putih, tubuh kekasihnya telah menjadi tulang belulang ketika relawan dari Phetkasem Foundation Bangkok menjawab panggilan untuk membantu kremasi pada 29 April.

Charn tidak pernah membuka peti mati istrinya. Dia mengatakan tidak ada bau yang keluar dari peti mati dan dia percaya formalin yang digunakan untuk persiapan pemakaman tahun 2001 mengawetkan tubuh mendiang istrinya.

"Kami tidak memberi tahu siapa pun, jadi tidak ada yang tahu," katanya.

Baca Juga: Kisah Cinta 1.300 Tahun dari Kota Pelabuhan Jeddah, Gerbang Haji Puluhan Generasi dari Penjuru Bumi

Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, dan gudang tempat dia menempatkan jasad istrinya selama 21 tahun. Charn tinggal dengan jasad mendiang istrinya karena dia tidak sanggup hati untuk mengkremasi setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001. (Sumber: Straits Times)

Dia terasing dari putra-putranya, yang berusia 40-an dan tidak pernah tinggal bersamanya di rumah yang ditumbuhi vegetasi dan dikotori dengan bahan bangunan, sangat kontras dengan bungalo besar di lingkungan itu.

Pensiunan itu tidur di gudang kedua yang kecil, sementara kandang beton menampung enam anjing dan dua kucingnya. Charn menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat mereka.

Ketika ditanya apakah dia pernah takut menjaga jasad sang istri, Charn berkata: "Tidak, saya tidak pernah takut karena saya mencintainya."

Charn, yang pernah bekerja di perusahaan farmasi, memiliki gelar di bidang farmasi. Dia belajar pengobatan tradisional Tiongkok dan belajar sendiri untuk berbicara bahasa Inggris.

Dia tidak ingat kapan dia pensiun, atau ketika dia mendapatkan gelar sarjana hukum.

Baca Juga: Kisah Cinta Penuh Drama Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip

Lantai di sebelah kanan tempat dulu peti mati sang istri diletakkan. Mantan tentara Thailand, Charn Janwatchakal, 73 tahun, selama 21 tahun tinggal dengan jasad mendiang istrinya karena dia tidak sampai hati untuk mengkremasi setelah sang istri meninggal karena sakit pada tahun 2001. (Sumber: Straits Times)

Charn berkata dirinya belajar hukum untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan hukum, jika jasad istrinya ditemukan dan dia harus mempertahankan diri secara hukum.

Pada saat kremasi hari Sabtu, (14/5/2022), Charn terlihat sangat emosional sepanjang upacara dan mengatakan kesedihannya tidak kurang dari 21 tahun yang lalu.

"Tetapi saya merasa yakin inilah saatnya dan saya merasa damai meskipun saya menangis," katanya.

Abu Jirawan sekarang disimpan dalam guci di gudang dan Charn terus duduk di dekat pintu setiap kali ingin berbicara dengan Jirawan.

Jejak bayangan di lantai ubin biru gudang adalah satu-satunya pengingat di mana peti mati itu dulu ditempatkan.

Charn masih memikirkan istrinya setiap hari, mengatakan, "Dia masih hidup dalam perasaanku."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU