> >

Pemimpinnya Diekstradisi, Kartel Kolombia Blokade Puluhan Kota, Bunuh Warga dan Bakar Ratusan Mobil

Kompas dunia | 10 Mei 2022, 17:05 WIB
Otoritas Kolombia memamerkan pemimpin kartel Klan Teluk, Dairo Antonio Usuga alias Otoniel di Bogota, 21 Oktober 2021. Klan Teluk melumpuhkan puluhan kota di utara Kolombia sebagai protes atas ekstradisi Otoniel ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Proses ekstradisi Otoniel sendiri telah dimulai sejak 4 Mei 2022. (Sumber: Biro Pers Kepolsiian Kolombia via AP)

BOGOTA, KOMPAS.TV - Kartel narkoba Klan Teluk dari Kolombia memblokade puluhan kota/kabupaten di utara Kolombia selama empat hari belakangan. Mereka nekat melakukan aksi ini usai pemimpinnya, Dairo Antonio Usuga alias Otoniel diekstradisi ke Amerika Serikat (AS).

Sebagaimana diwartakan Associated Press, blokade Klan Teluk efektif di kota-kota utara Kolombia. Blokade menyebabkan tempat-tempat usaha tutup, sekolah tutup, layanan transportasi umum terhenti, bahkan liga sepakbola profesional Kolombia tidak bisa berlangsung di kawasan tersebut.

Klan Teluk sendiri telah mengeluarkan ancaman bagi siapa pun yang berani beraktivitas. Warga disuruh berdiam dalam rumah, jika melanggar bakal ditembak atau kendaraannya dibakar.

Kendati situasi sempat mencekam karena larangan aktivitas, pantauan organisasi hak asasi manusia dan Gereja Katolik Roma menyebut blokade Klan Teluk terlihat mereda per Senin (9/5/2022).

Baca Juga: Pegiat Lingkungan Berusia 14 Tahun Tewas Ditembak di Kolombia saat Patroli Hutan Adat

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Kolombia melaporkan tiga warga sipil dan tiga polisi dibunuh selama blokade empat hari. Selain itu, lebih dari 180 mobil dibakar karena melanggar larangan kartel.

Yurisdiksi Khusus untuk Perdamaian bahkan melaporkan jumlah korban lebih buruk. Entitas ini dibentuk usai kesepakatan damai antara Bogota dengan pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC-EP) pada 2016.

Pengadilan itu melaporkan 24 warga sipil dibunuh di daerah yang diblokade kartel. Kartel Klan Teluk disebut memaksakan larangan aktivitas di 138 kota di Provinsi Bolivar, Choco, Sucre, Antioquia, dan Cordoba.

Di Monteria, Cordoba, sebuah pertandingan Liga Primera A Kolombia terpaksa dibatalkan karena ancaman kartel. Pertandingan antara Jaguares de Cordoba lawan Independiente Medellin terpaksa dibatalkan usai tim tamu enggan melawat karena ancaman kartel.

Persitiwa blokade ini disebut sebagai bukti lanjutan kurangnya sumber daya pemerintah menghadapi bandar narkoba. Analis menyebut strategi pemerintah selama ini urung menjamin keamanan warga sipil.

“Strategi keamanan yang berfokus penangkapan target tingkat tinggi tidak menjamin keamanan warga sipil,” kata Elizabeth Dickinson, analis senior dari organisasi International Crisis Group kepada Associated Press.

Hal senada disampaikan oleh Camilo Gonzalez, presiden lembaga wadah pemikir Kolombia, Indepaz.

“Perdagangan narkoba tidak akan berakhir dengan penangkapan Otoniel. Ketika mereka menangkap Pablo Escobar, mereka bolang perdagangan narkoba akan berakhir, nyatanya hari ini itu ada lebih banyak,” tutur Gonzalez.

Sementara itu, Bogota cenderung berupaya mengecilkan blokade Klan Teluk yang melumpuhkan utara Kolombia. Otortias Kolombia menyebut keamanan warga sudah dijamin dengan diterjunkannya 52.000 tentara ke sana.

Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez menyebut bahwa blokade kartel ini adalah “insiden tersendiri” yang ditujukan untuk mengintimidasi warga lokal. Ia bersikeras Kartel Teluk kini melemah dan para pemimpinnya berselisih.

Baca Juga: Kartel Meksiko Makin Canggih, Kini Gunakan Ranjau IED dan Drone Pengebom

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU