> >

WHO: Hepatitis Misterius Jangkiti Hampir 300 Anak di 20 Negara, Menyebar ke Asia dan Pasifik

Kompas dunia | 4 Mei 2022, 21:24 WIB
Ilustrasi hepatitis. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa fenomena hepatitis akut misterius telah melanda 20 negara di seluruh dunia dan diduga menjangkiti hampir 300 anak. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

LONDON, KOMPAS.TV - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa fenomena hepatitis akut misterius telah melanda 20 negara di seluruh dunia dan diduga menjangkiti hampir 300 anak. Kondisi yang pertama dideteksi di Inggris Raya ini mulai menyebar ke negara-negara Asia Tenggara, Amerika, dan Samudra Pasifik.

Sebagaimana diwartakan BBC, Rabu (4/5/2022), per 1 Mei lalu, kebanyakan kasus dideteksi di Benua Eropa.

Sejauh ini, WHO melaporkan terdapat satu kematian terkait penyakit hepatitis ini. Namun, jika ditambahkan laporan Kementerian Kesehatan RI per 1 Mei lalu, jumlahnya menjadi empat kematian di seluruh dunia.

Fenomena hepatitis akut ini disebut misterius karena tidak ditemukan virus yang umum menyebabkan hepatitis (virus A, B, C, D, dan E) pada pasien.

Pasien dilaporkan mengidap gejala awal berupa muntah-muntah, diare, kemudian penyakit kuning.

Baca Juga: Penyebab Masih Misterius, Begini Cara Mencegah Anak Terinfeksi Hepatitis Akut Menurut IDAI

Sejauh ini, kebanyakan pasien anak disebut menderita gejala peradangan lever yang ringan. Namun, hepatitis ini bisa menimbulkan dampak serius karena 10 anak di Inggris Raya mesti mendapatkan tranplantasi lever agar selamat.

Peningkatan kasus atau peningkatan keawasan?

Fenomena hepatitis misterius ini pertama kali dideteksi di Skotlandia. Kemudian, lebih dari 110 kasus terdeteksi di Inggris Raya hingga otortias kesehatan menyorot fenomena tersebut.

WHO sendiri mengaku belum jelas apakah fenomena ini menunjukkan lonjakan kasus hepatitis atau sebatas peningkatan keawasan atas kondisi tersebut yang sebelumnya urung terdeteksi.

Baca Juga: Kemenkes Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Hepatitis Akut yang Penyebabnya Masih Misterius

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : BBC


TERBARU