> >

Bank Dunia: Ekonomi Ukraina akan Menyusut 45 Persen karena Perang, Rusia Terancam Resesi

Krisis rusia ukraina | 12 April 2022, 01:35 WIB
Ilustrasi. Seorang pria Ukraina menyurung gerobak di depan apartemen yang hancur di Borodyanka, Minggu (10/4/2022). Laporan Bank Dunia memperkirakan ekonomi Ukraina akan menyusut 45,1% tahun ini akibat perang. (Sumber: Petros Giannakouris/Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV - Laporan Bank Dunia memperkirakan ekonomi Ukraina akan menyusut 45,1 persen tahun ini akibat perang.

Invasi Rusia sejak 24 Februari lalu diperkirakan mematikan setengah dari sektor bisnis Ukraina, menghalangi ekspor-impor, dan menghancurkan banyak sekali infrastruktur penting.

Di lain sisi, Bank Dunia memprediksi ekonomi Rusia juga akan terdampak oleh sanksi meluas dari negara-negara Barat.

Rusia disebut terancam resesi ekonomi serius, memotong lebih dari sepersepuluh pertumbuhan ekonomi Rusia.

Baca Juga: Kutuk Penyerangan Rusia ke Ukraina di Kelas, Guru Diperiksa dan Terancam Dipenjara

Selain itu, perang Rusia-Ukraina disebut akan menerakan dampak ekonomis dua kali lipat dibanding pandemi Covid-19 di Eropa dan Asia Tengah.

“Besarnya krisis kemanusiaan yang disebabkan perang ini mengejutkan,” kata wakil presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Tengah dan Eropa, Anna Bjerde dikutip Associated Press, Senin (11/4/2022).

“Invasi Rusia memberi pukulan telak ke ekonomi Ukraina dan menyebabkan kerusakan besar ke infrastruktur,” lanjutnya.

Laporan Bank Dunia menyebut, aktivitas ekonomi tidak mungkin dilangsungkan di “sebagian besar wilayah” Ukraina karena rusaknya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan rel kereta.

Perang juga menutup akses Ukraina ke Laut Hitam, titik penting ekspor Ukraina selama ini, termasuk 90 persen ekspor biji-bijian negara itu.

Rusia sendiri dikenal sebagai salah satu eksportir utama biji-bijian seperti gandum.

Baca Juga: Putin Dianggap Blunder Atas Ukraina, Finlandia dan Swedia Kian Dekat Gabung NATO

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah

Sumber : Associated Press


TERBARU