> >

AS Tuduh Rusia Berbohong Soal Laboratorium Biologi Ukraina dengan Manfaatkan DK PBB

Krisis rusia ukraina | 12 Maret 2022, 05:27 WIB
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield berbicara selama pertemuan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) di markas besar PBB, Jumat (11/3/2022). (Sumber: UNTV via AP)

“Serangan tanpa pandang bulu, termasuk yang menggunakan munisi tandan, yang bersifat menyerang sasaran militer dan warga sipil atau objek sipil tanpa pembedaan, dilarang menurut hukum humaniter internasional,” kata DiCarlo.

“Mengarahkan serangan terhadap objek sipil dan warga sipil, serta apa yang disebut pemboman area di kota-kota dan desa-desa, juga dilarang menurut hukum internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang.”

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menjawab bahwa tuduhan itu "dibantah berulang kali oleh Kementerian Pertahanan kami."

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Disebut Langgar Piagam PBB, Bagaimana dengan Invasi AS ke Irak pada 2003?

Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mendengarkan selama pertemuan Dewan Keamanan di markas besar PBB, Jumat (11/3/2022). (Sumber: UNTV via AP)

Permintaan Rusia untuk digelarnya pertemuan Dewan Keamanan yang dicuitkan Kamis (10/3/2022) oleh wakil pertama duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, terjadi menyusul penolakan AS atas tuduhan Rusia bahwa Ukraina mengoperasikan laboratorium kimia dan biologi dengan dukungan AS.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, melancarkan tuduhan awal pekan ini, disambut dengan peringatan dari sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, yang menyebut Rusia mungkin akan menggunakan senjata kimia atau biologi melawan Ukraina dalam invasi mereka.

Psaki menyebut klaim Rusia “tidak masuk akal” dan mencuit “Ini semua adalah taktik yang jelas oleh Rusia untuk mencoba membenarkan serangan yang direncanakan, tidak beralasan, dan tidak dapat dibenarkan lebih lanjut terhadap Ukraina.”

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga membantah tuduhan Rusia. Seperti Psaki, dia mengatakan tuduhan itu sendiri adalah pertanda buruk.

“Itu sangat mengkhawatirkan saya, karena kami sering diyakinkan bahwa jika Anda ingin tahu rencana Rusia, caranya adalah dengan mengetahui apa yang Rusia tuduhkan kepada orang lain,” katanya, Kamis malam.

“Tidak ada bahan kimia atau senjata pemusnah massal lainnya yang dikembangkan di tanah saya. Seluruh dunia tahu ini.”

Olivia Dalton, juru bicara Misi AS untuk PBB, mengatakan “Rusia punya sejarah yang terdokumentasi dengan baik menggunakan senjata kimia, dan lama mempertahankan program senjata biologis yang melanggar hukum internasional” serta memiliki “rekam jejak penipuan menuduh Barat melakukan pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia sendiri.”

Baca Juga: Jaringan Laboratorium Biologi Ukraina di Bawah Kendali Pentagon Diungkap Rusia, Lalu Saling Tuding

Dewan Keamanan PBB mendengarkan komentar selama pertemuan di markas besar PBB, Jumat (11/3/2022). Permintaan Rusia untuk digelarnya pertemuan Dewan Keamanan terjadi menyusul penolakan AS atas tuduhan Rusia bahwa Ukraina mengoperasikan laboratorium kimia dan biologi dengan dukungan AS. (Sumber: UNTV via AP)

Kepala pelucutan senjata PBB, Izumi Nakamitsu, dan kepala politik PBB, Rosemary DiCarlo, juga dijadwalkan untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan pada Jumat.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, pada Kamis menegaskan kembali Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bekerja dengan pemerintah Ukraina, “mengatakan mereka tidak mengetahui aktivitas apa pun dari pihak pemerintah Ukraina yang tidak konsisten dengan kewajiban perjanjian internasionalnya, termasuk senjata kimia atau senjata biologis.”

AS selama berbulan-bulan telah memperingatkan tentang operasi "bendera palsu" atau operasi tipu-tipu Rusia untuk membuat dalih melakukan invasi yang dimulai pada 24 Februari.

Peringatan Gedung Putih, dan pernyataan Dalton pada Kamis, menduga Rusia mungkin berusaha menciptakan kepura-puraan untuk lebih mengintensifkan konflik yang sudah berjalan dua minggu itu, di mana gerak ofensif Rusia melambat, namun tidak dapat dihentikan oleh Ukraina, yang ternyata lebih kuat dari perkiraan.

Sebagian masyarakat internasional selama bertahun-tahun menuding Rusia menggunakan senjata kimia dalam melakukan upaya pembunuhan terhadap lawan-lawan Presiden Vladimir Putin seperti Alexei Navalny, yang kini mendekam di penjara Rusia, dan mantan mata-mata Sergei Skripal, yang kini tinggal di Inggris.

Rusia juga mendukung pemerintah Suriah, yang dituding menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya dalam perang saudara 11 tahun.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV / Associated Press


TERBARU