> >

Tanggapi Aksi Sepihak Putin, Jerman Tangguhkan Izin Pipa Nord Stream 2 Salurkan Gas dari Rusia

Kompas dunia | 22 Februari 2022, 20:31 WIB
Ilustrasi. Pembangkit listrik milik Ukraina di Shchastya, Provinsi Luhansk terbakar usai dihantam serangan artileri pada Selasa (22/2/2022). Pada hari yang sama, Jerman menangguhkan izin sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia usai Kremlin mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina. (Sumber: Vadim Ghirda/Associated Press)

BERLIN, KOMPAS.TV - Pemerintah Jerman mengumumkan telah menghentikan proses sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia. Keputusan itu diumumkan oleh Kanselir Olaf Scholz, Selasa (22/2/2022).

Menurut Scholz, Berlin mengambil langkah ini karena Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua entitas separatis Ukraina, Donetsk dan Luhansk.

Scholz menyebut pengakuan yang diikuti penerjunan pasukan Rusia itu “pelanggaran serius terhadap hukum internasional”. Sebagaimana negara Barat lain, Jerman menentang pengakuan tersebut.

“Sekarang terserah kepada komunitas internasional untuk merespons aksi sepihak, tidak bisa dibenarkan, dan tidak dapat dimengerti oleh Presiden Rusia ini,” kata suksesor Angela Merkel itu.

Baca Juga: AS dan Uni Eropa Langsung Sanksi Rusia Usai Akui Kemerdekaan Donetsk dan Lugansk

Jerman selama ini enggan mengganggu proyek pipa gas Nord Stream 2 kendati situasi Ukraina memanas. Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebelumnya mendesak Berlin menangguhkan proyek sebagai sanksi terhadap Rusia.

Jerman sendiri butuh pasokan gas alam Rusia pada masa transisi ke energi baru-terbarukan (EBT). Berlin berencana mengandalkan gas alam usai menutup pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2022.

Washington sudah mengkritik proyek Nord Stream 2 sejak era Angela Merkel. AS menyebut proyek ini akan meningkatkan ketergantungan Eropa terhadap pasokan energi dari Rusia. Nord Stream 2 juga disebut mengancam pasokan gas ke Polandia dan Ukraina.

Akan tetapi, Merkel dan Scholz selalu bersikeras mempertahankan proyek tersebut. Berlin baru mengambil keputusan tegas usai Putin mengakui kedaulatan separatis Ukraina, Senin (21/2).

“Situasinya sekarang berbeda secara fundamental,” kata Scholz.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU