> >

Kisah Tentara Ukraina di Perbatasan: Rasanya Terlalu Hening Disini, seperti Keheningan sebelum Badai

Kompas dunia | 8 Februari 2022, 15:59 WIB
Saat ketegangan internasional meningkat atas nasib negara mereka, tentara Ukraina di parit Maryinka yang dilanda perang mengalami paradoks yang aneh, seperti dilaporkan Straits Times, Selasa, (8/2/2022). "Terlalu sepi rasanya," kata prajurit Ukraina Botsman, 49, "Ini meresahkan, seperti keheningan sebelum badai menyapu." (Sumber: Straits Times)

"Dari segi moral, itu sulit," katanya. "Telepon dari rumah sangat mengganggu. Saya harus meyakinkan kerabat saya."

Tentara melakukan apa yang mereka bisa untuk mengatasi ketegangan.

Sych (39) membangun pusat kebugaran darurat dengan barbel dan peralatan dasar di gudang yang dibom, lokasi dia ditempatkan.

Dia yakin peringatan akan potensi serangan besar-besaran adalah bagian dari perang informasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

"Kita perlu mengakhiri perang ini, dengan bantuan sekutu atau kita sendiri, dengan cara apa pun yang tersedia," katanya.

Tetapi jika invasi penuh benar-benar terjadi, dia menegaskan, militer Ukraina lebih siap untuk berperang.

"Mungkin Putin, seperti orang tua bodoh, berpikir bahwa mereka dapat mencapai Kyiv dalam dua hari. Biarkan saja dia mencoba," katanya.

"Kami menghentikannya pada tahun 2014 ketika kami hanya mengenakan sandal jepit dan harus mencari senjata kami sendiri. Sekarang kami adalah tentara yang sangat kuat."

Baca Juga: Demi Hadapi Rusia, Tentara Ukraina Berlatih di Tempat Paling Berbahaya di Dunia: Chernobyl

Tentara Ukraina tengah bersiap melakukan latihan di salah satu kota paling berbahaya di dunia, Chernobyl, dalam persiapan menghadapi Rusia. (Sumber: AP Photo/Mykola Tymchenko)

Bantuan militer

Ukraina mengatakan pada hari Senin mereka menerima lebih dari 1 juta kilogram senjata dan peralatan militer senilai sekitar US$1,5 miliar dalam beberapa bulan terakhir karena para pendukung Barat bergegas datang membawakan senjata.

Tetapi Botsman menegaskan lebih banyak yang perlu datang, terutama lebih banyak rudal antitank dan sistem peluru kendali.

"Bantuan harus datang dalam segala bentuk, moral, dan materiel, militer dan politik," katanya.

Dia menunjuk pada kegagalan Barat untuk menghentikan kemenangan telak Moskow melawan Georgia dalam perang kilat pada 2008.

"Jika, seperti yang terjadi di Georgia, Barat hanya 'prihatin', maka semuanya akan berakhir dengan air mata," ujarnya.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Straits Times


TERBARU