> >

Unjuk Rasa Berdarah di Kazakhstan, Ini Fakta-Faktanya

Kompas dunia | 6 Januari 2022, 18:40 WIB
Pengunjuk rasa di Almaty, Kazakhstan, yang awalnya memprotes kenaikan harga BBM, kini juga menuntut liberalisasi politik (Sumber: Straits Times)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Kebijakan reformasi pemerintah Kazakhstan di bidang harga BBM minggu ini menjadi bumerang, memicu unjuk rasa masyarakat terbesar yang berdarah dalam beberapa tahun terakhir, seperti dilansir New York Times, Kamis (6/1/2022).

Seperti apa situasinya? Berikut penjelasannya.

Apa yang terjadi di Kazakhstan dan kenapa itu terjadi?

Belasan ribu pengunjuk rasa yang marah turun ke jalan-jalan di Kazakhstan beberapa hari terakhir, menjadi krisis terbesar yang mengguncang negara itu dalam beberapa dekade terakhir.

Peristiwa tersebut merupakan tantangan besar bagi Presiden Kassym-Jomart Tokayev, hanya kurang dari tiga tahun masa pemerintahannya. Peristiwa itu mengacaukan kawasan yang sudah bergejolak, tempat Rusia dan Amerika Serikat bersaing untuk mendapatkan pengaruh.

Video yang diunggah pada Rabu (5/1/2022) menunjukkan, pengunjuk rasa menyerbu gedung utama pemerintah di Almaty, kota terbesar Kazakhstan. Pengunjuk rasa juga membakar kendaraan polisi, serta kantor cabang regional partai Nur Otan yang memerintah.

Unjuk rasa  yang meluas itu dipicu oleh kemarahan atas melonjaknya harga BBM. Tetapi unjuk rasa itu meningkat menjadi sesuatu yang lebih signifikan dan mudah terbakar, yaitu ketidakpuasan yang meluas atas pemerintah. Pun, sebagai kritik tajam terhadap korupsi endemik yang mengakibatkan kekayaan terkonsentrasi di dalam elite politik dan ekonomi yang kecil.

Baca Juga: AS Bantah Jadi Dalang Kerusuhan di Kazakhstan, Sebut sebagai Klaim Gila Rusia

Polisi anti huru-hara Kazakhstan merangsek ke pengunjuk rasa yang merusak gedung-gedung utama pemerintah di ibukota Almaty, Januari 2022 (Sumber: Straits Times)

Apa yang menyebabkan unjuk rasa?

Unjuk rasa dipicu oleh reformasi pasar sektor BBM yang pertama kali digagas pada tahun 2015 dan mulai berlaku pada awal bulan ini. Kebijakan itu melepas batas atas harga yang ditetapkan negara untuk butana dan propana, sering disebut sebagai 'bahan bakar jalan untuk orang miskin' karena harganya yang rendah – sambil memastikan pasar lokal dipasok dengan baik.

Kebijakan subsidi BBM sebelumnya telah menciptakan situasi ketika Kazakhstan, produsen minyak utama, secara teratur menghadapi kekurangan butana dan propana. Sementara produsen yang beroperasi di Kazakhstan, termasuk usaha perusahaan Amerika Serikat, Chevron dan Exxon, lebih suka mengekspor untuk mendapatkan harga yang lebih baik.

Ketika harga sepenuhnya diliberalisasi pada 1 Januari kemarin, ekspektasi pemerintah adalah pasokan ke pasar domestik akan meningkat dan membantu mengatasi kekurangan kronis. Tetapi upaya itu malah menjadi bumerang, karena harga melonjak hampir dua kali lipat dalam semalam menjadi 120 tenge per liter.

Daerah seperti Mangistau yang kaya minyak, tempat unjuk rasa dimulai, mengandalkan butana dan propana untuk mengisi bahan bakar 90 persen kendaraan. Bahan bakar motor alternatif seperti bensin dan solar lebih mahal, seharga 180 - 240 tenge per liter.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Straits Times


TERBARU