> >

BPOM Amerika: Rapid Test Antigen Dinilai Kurang Efektif Deteksi Covid-19 Varian Omicron

Kompas dunia | 29 Desember 2021, 10:15 WIB
Ilustrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menilai rapid test antigen kurang efektif untuk mendeteksi varian Omicron. (Sumber: iStockphoto/Thomas Faull)

WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Rapid test antigen dinilai kurang efektif untuk mendeteksi varian Omicron.

Keterangan tersebut disampaikan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) yang dilansir dari AFP, Selasa (28/12/2021).

"Rapid antigen cenderung memberikan false negative pada orang yang terinfeksi varian Omicron," kata FDA.

Pengumuman itu disampaikan setelah FDA bekerja sama dengan National Institutes of Health (NIH) mempelajari kinerja rapid test antigen di tengah merebaknya Omicron di Amerika Serikat.

Berdasarkan data awal, FDA mengatakan bahwa rapid antigen kurang sensitif dalam mendeteksi kasus positif Omicron.

Kendati demikian, FDA masih akan terus mengizinkan penggunaan rapid test antigen dalam tes Covid-19.

Namun, badan pengawas obat tersebut mendesak setiap orang untuk menggunakan rapid test antigen sesuai dengan instruksi yang telah diberikan.

Baca Juga: Omicron Masuk Indonesia, Kapolri: Jangan Ada yang 3 Hari Karantina Kemudian Sudah Keluar

Misalnya, beberapa rapid antigen menginstruksikan pengguna untuk mengambil dua tes dengan selang waktu tertentu, untuk mengonfirmasi hasil negatif.

Jika seseorang mendapatkan hasil negatif dari rapid test antigen, namun memiliki gejala atau berkontak dengan orang yang positif, mereka tetap untuk menjalankan tes PCR.

FDA berujar, PCR lebih akurat karena mampu mendeteksi RNA virus meski jumlahnya sangat kecil.

Penelitian FDA tersebut diumumkan ketika “Negeri Paman Sam” mengalami lonjakan kasus Covid-19.

Pada Senin (27/12), Amerika Serikat melaporkan 543.415 kasus Covid-19 baru dalam 24 jam menurut laporan The New York Times.

Di sisi lain, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) mengumumkan telah mempersingkat masa karantina dan isolasi mandiri.

Mereka yang positif Covid-19 dan yang terpapar hanya perlu menjalani isolasi selama lima hari, lebih singkat dibanding rekomendasi sebelumnya selama 10 hari.

Keputusan juga dipengaruhi oleh lonjakan kasus Covid-19 terbaru akibat merebaknya varian Omicron.

Penyebaran Varian Omicron di AS cukup pesat. Bahkan menurut Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS memperkirakan lebih dari separuh atau 58,6% varian Virus Corona yang beredar di Negeri Paman Sam hingga 25 Desember 2021 merupakan Omicron.

Persentase serangan Omicron melebihi Varian Delta yang menyumbang 41,1% terhadap seluruh kasus Covid-19 di AS.

Dalam laporan kasus pada Hari Selasa (28/12), CDC mengatakan data tersebut mencakup proyeksi model yang mungkin berbeda dari perkiraan tertimbang yang dihasilkan di kemudian hari.

Sementara itu, kasus pertama Omicron di AS teridentifikasi 1 Desember 2021 pada orang yang telah divaksin lengkap. Orang itu sebelumnya melakukan perjalanan ke Afrika Selatan.

Baca Juga: Cegah Lonjakan Kasus Varian Omicron, Ini Empat Strategi Pemerintah

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Gading-Persada

Sumber : AFP/The New York Times


TERBARU