> >

Kram Perut Parah saat Daki Gunung Himalaya, Gadis Petualang Ini Ternyata Alami Menstruasi Mendadak

Kompas dunia | 10 Desember 2021, 08:05 WIB
Prakriti Varshney, gadis petualang India yang mengalami menstruasi mendadak saat mendaki puncak Gunung Ama Dablam di Himalaya, Nepal, awal Desember 2021. Kendati mengalami kram perut parah, ia akhirnya mampu menggapai puncak idamannya. (Sumber: Prakriti Varshney/Pixabay)

NEW DELHI, KOMPAS.TV – Seorang travel blogger dan influencer Instagram populer dari India mengalami kram perut parah saat mendaki Gunung Ama Dablam, salah satu puncak gunung di Himalaya.

Belakangan, gadis muda petualang itu baru menyadari, kram perut parah yang dialaminya ternyata akibat menstruasi mendadak.

“Terus terang, menstruasi yang saya alami tak pernah sesakit ini. Padahal, beberapa teman saya harus mengalami kram perut parah. Tapi, saya mengalaminya untuk pertama kali pada pendakian ini,” tutur Prakriti Varshney lewat sambungan telepon seperti dikutip dari Indian Express, Kamis (9/12/2021).

Semula, Varshney tak menyadari bahwa ia mengalami menstruasi. 

Pada ekspedisi selama tiga minggu itu, Varshney menyebut, menstruasi mendadak yang dialaminya terjadi saat ia memulai tahap akhir pendakiannya. 

Ia ingat betul, pada hari itu, saat melakukan summit attack, ia menggendong beban seberat 7-8 kg di punggungnya dan mendaki selama 16 jam.

“Kami mulai mendaki puncak sekitar jam 11.50 malam dan saya merasakan kram perut pertama sekitar pukul 1 dinihari. Semula, saya pikir itu karena saya kekurangan air. Tapi kramnya bertambah parah dan saya merasakan kelelahan luar biasa pada bagian bawah tubuh saya,” terang gadis berusia 26 tahun itu. 

Baca Juga: Tolak Beri Cuti Menstruasi untuk Staf Perempuan, Mantan CEO Maskapai Korsel Didenda Rp26 Juta

Varshney pun akhirnya menyadari bahwa ia mengalami menstruasi mendadak. 

“Jadwal menstruasi saya seharusnya belum terjadi. Tentu saja saya tak siap,” ujarnya seraya menjelaskan, “Saya tak bisa menggunakan pembalut, tampon atau menstrual cup karena saya meninggalkan seluruh peralatan itu di tenda saya.”

Untungnya, aliran darah menstruasinya tak banyak. 

Saat menyadari bahwa ia mengalami menstruasi, Varshney pun memberi tahu pemandu sherpa-nya, Phurba, bahwa ia tak dapat melanjutkan pendakiannya. 

“Awalnya dia tidak mengerti. Tapi saat melihat saya kesakitan, dia mulai menyemangati saya untuk mencapai Camp 3,” terang Varshney menyebut camp terakhir sebelum puncak.

Pada akhirnya, Varshney pun memutuskan terus mendaki selama 3-4 jam demi menapaki puncak idamannya di ketinggian 6.812 meter di atas permukaan laut itu.

“Saya telah menanti hari ini selama berbulan-bulan. Menyerah bukan pilihan, tapi saya merasa bahwa tubuh saya tak mendukung. Hari itu hari besar dan penting buat saya. Tapi rupanya Tuhan punya rencana lain dengan menstruasi mendadak ini,” ujar Varshney.

Baca Juga: Pria China Menjadi Pendaki Buta Asia Pertama yang Sampai ke Puncak Gunung Everest

Varshney menduga, sejumlah faktor seperti cuaca dan stres turut menjadi penyebab tak teraturnya siklus menstruasinya. Namun, ia tak ambil pusing.

“Buat saya, itu hanya satu hari buruk, karena saya telah menanti-nanti momen mencapai puncak sekian lama. Apalagi, dari puncak Ama Dablam, saya dapat melihat Gunung Everest sangat dekat,” ujarnya bahagia.

Prakriti Varshney mengambil swafoto di Camp 2 Gunung Ama Dablam. Pada pendakian itu, ia baru menyadari bahwa dirinya mengalami menstruasi mendadak setelah merasakan kram perut parah. (Sumber: Prakriti Varshney via Instagram)

Varshney pun akhirnya berhasil mencapai puncak Ama Dablam. Namun, ia baru bisa menggunakan cawan menstruasinya yang ramah lingkungan saat kembali ke Camp 2. 

Baca Juga: Puncak Everest Memiliki Ketinggian Baru

Merenungi perjalanannya, Varshney menyebut bahwa mestruasi mendadak yang dialaminya merupakan berkah terselubung.

“(Menstruasi) ini membuat saya melampaui batas saya. Saya tidak akan tahu seberapa kekuatan saya jika (menstruasi) ini tidak terjadi. Dan saya rasa, seorang perempuan bisa menjadi sekuat yang dia inginkan, sekaligus rapuh. Dan kita harus merengkuh keduanya,” tutur Varshney.

Keberhasilan Varshney menapaki puncak Ama Dablam merupakan batu loncatan bagi impiannya selanjutnya, menggapai atap dunia, Gunung Everest.


 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : The Indian Express


TERBARU