> >

Imbas Strategi Nol Covid-19, Hewan Peliharaan di China Dibunuh saat Pemiliknya Dikarantina

Kompas dunia | 14 November 2021, 02:05 WIB
Ilustrasi anak kucing. Hewan-hewan peliharaan milik para pasien Covid-19 di China dibunuh oleh pemerintah lokal setempat sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan virus. (Sumber: UNSPLASH/MANUEL RHEINSCHMIDT Via KOMPAS.COM)

BEIJING, KOMPAS.TV – Kasus penularan Covid-19 yang kembali melonjak membuat warga China waswas. Pada musim dingin kali ini, mereka – terutama para pemilik binatang peliharaan – berusaha sekuat tenaga agar tak jatuh sakit.

“Kalau saya terpapar Covid-19, bagaimana nasib kucing saya? Bisa-bisa mati kelaparan atau dibunuh saat saya dikarantina,” ungkap Lisa Li, seperti dilansir dari South China Morning Post, Jumat (12/11/2021).

Ia merujuk pada sejumlah insiden baru-baru ini di China, di mana hewan-hewan peliharaan milik para pasien Covid-19 dibunuh oleh pemerintah lokal setempat sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan virus.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Pemerintah China Suruh Warganya Timbun Makanan

Bulan ini, seorang warga Chengdu di barat-daya China mengeklaim di media sosial Xiaohongshu bahwa kucing-kucingnya dibunuh setelah ia menjalani karantina di luar rumahnya.

Dua bulan sebelumnya, seorang perempuan dari Harbin di timur-laut China mengungkap di Weibo bahwa ketiga kucingnya dibunuh oleh para pekerja komunitas seusai terbukti positif terpapar Covid-19.

Namun, para pekerja komunitas itu membela diri dan menyebut bahwa belum ada perawatan penanganan yang tersedia bagi hewan-hewan peliharaan. Maka, euthanasia atau suntik mati adalah satu-satunya jalan keluar. 

“Jika hewan-hewan itu positif (Covid-19), mereka tak dapat pindah, dan jadinya seluruh area pemukiman juga tak dapat bergerak (karena tertular), wabahnya jadi tak kelar-kelar,” kilah sang pekerja.

Baca Juga: Dokumen CDC yang Bocor Sebutkan Virus Corona Varian Delta Lebih Berbahaya dari Perkiraan

China masih menerapkan strategi nol-Covid-19. Bila lonjakan kasus penularan terjadi, pemerintah setempat akan menggelar tes besar-besaran, melacak kontak, dan terkadang menerapkan lockdown sebagian untuk meredam penyebaran virus. 

Namun, meski sejauh ini publik secara umum menoleransi strategi ini, komplain bukannya tak ada. Warga kian banyak yang mengeluhkan bahwa mereka lelah dengan wabah dan penanganan keras pemerintah setempat untuk mengerem laju penyebaran virus. Ini termasuk penanganan yang buruk terhadap hewan-hewan peliharaan mereka.

“Tak ada bukti medis atau dukungan hukum bagi pembunuhan terhadap hewan-hewan peliharaan. Ini sungguh sangat tak manusiawi,” ujar Li marah.

Saat ini, para pemilik hewan peliharaan melakukan protes dengan membuat petisi online dan menyerukan pemerintah setempat agar menerapkan kebijakan yang lebih manusiawi. Mereka juga bersikeras diizinkan menjalani karantina bersama hewan peliharaan mereka.

Baca Juga: CDC Tempatkan Level Covid-19 Indonesia Sama dengan China, Apa Artinya?

Secara medis, tak ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan dapat menyebarkan virus. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), risiko binatang menularkan Covid-19 ke manusia dianggap rendah.

“Jika seseorang di dalam rumah tangga jatuh sakit (akibat Covid-19), isolasi orang itu dari yang lainnya, termasuk hewan peliharaan dan hewan lainnya,” saran CDC dalam situs webnya.

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : SCMP


TERBARU