> >

Pengakuan Pelaku Penyerangan Berkostum Joker di Jepang: Minta Diberi Hukuman Mati

Kompas dunia | 1 November 2021, 16:35 WIB
Pria berpenampilan seperti Joker yang diduga sebagai pelaku penyerangan di atas kereta di Tokyo, Jepang, Minggu (31/10/2021). (Sumber: Tangkapan layar video dari akun Twitter @takahashi9811)

Korban lain dalam insiden itu berusia antara remaja hingga 60-an. Selain lansia yang terluka parah, 16 korban lainnya mengalami luka ringan.

Aparat setempat telah menangkap pelaku penyerangan yang mengaku bernama Kyota Hattori.

Baca Juga: Ditinggal AS, Sejumlah Mantan Tentara Afghanistan Gabung dengan ISIS

Video yang tayang di media lokal menampakkan pelaku merokok serta mengenakan setelan ungu dengan kemeja hijau cerah dan dasi.

"Pelaku mengatakan kepada polisi bahwa dia ingin menerima hukuman mati dengan membunuh seseorang," beber pihak kepolisian.

Kepada polisi, pelaku mengatakan bahwa ia mengagumi Joker. Ia juga mengaku "gagal dalam pekerjaan dan persahabatan dan ingin mati, tetapi tidak bisa mati sendiri”.

Seperti diketahui, karakter Joker adalah musuh bebuyutan pahlawan komik Batman. Joker dianggap sebagai salah satu psikopat paling terkenal dalam sejarah buku komik.

Selain merujuk pada Joker, pelaku juga disebut belajar dari serangan penusukan di kereta komuter di Tokyo pada bulan Agustus silam.

Dalam serangan itu, sembilan orang terluka, salah satunya serius. Dalam serangan terpisah di stasiun Tokyo, dua orang menderita luka bakar akibat cairan asam pada bulan yang sama.

Yoko Tsukamoto, seorang profesor keperawatan di Health Sciences University of Hokkaido, menyatakan kekhawatirannya mengenai kaum muda Jepang.

“Karena pandemi, anak muda tidak bisa keluar, banyak yang kuliah dari rumah atau kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan keuangan,” ujar Tsukamoto.

“Jadi mereka merasa terisolasi dan kami melihat semakin banyak masalah kesehatan mental, terutama pada kelompok usia 18 hingga 24 tahun,” imbuhnya.

Selain beberapa insiden penyerangan fisik, ada pula sejumlah kejadian pelecehan seksual di tempat umum.

Sebuah studi baru-baru ini oleh Institut Penyakit Menular Nasional Jepang menemukan bahwa hampir 50 persen orang kelompok muda Jepang mengalami masalah kesehatan mental.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/South China Morning Post

Tag

TERBARU