> >

India Tuntut Kompensasi dan Pembayaran dari Negara Kaya atas Dampak Perubahan Iklim

Kompas dunia | 24 Oktober 2021, 02:05 WIB
India menuntut kompensasi dan pembayaran atas kerugian yang mereka derita akibat bencana iklim, kata kementerian lingkungan India, menjelang KTT COP26 Glasgow akhir Oktober nanti  (Sumber: India TV News)

India adalah satu-satunya ekonomi di antara 10 ekonomi terbesar di dunia yang tidak menetapkan tujuan dan kapan menghilangkan emisinya.

Bahkan tetangganya, China, memiliki komitmen untuk menghasilkan nol emisi tahun 2060, sedikit lebih lambat dari target tahun 2050 yang ditargetkan Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.

Awal tahun ini, India mempertimbangkan untuk menetapkan tujuan nol emisi, tetapi sejak itu mundur.

Tidak semua negara perlu mengumumkan target nol emisi sebelum KTT COP Glasgow, menurut Menteri Lingkungan Bhupender Yadav.

"Pembiayaan iklim belum masuk," kata Gupta. "Untuk tujuan iklim yang lebih ambisius, biarkan ada lebih banyak pembiayaan,'' terlebih dahulu.

Baca Juga: Dampak Krisis Iklim: Gletser Afrika akan Sepenuhnya Mencair dalam Dua Dekade

Gletser langka Afrika di Kilimanjaro, Pegunungan Rwenzori, dan Gunung Kenya akan hilang dalam dua dekade mendatang karena perubahan iklim. India menuntut kompensasi dan pembayaran atas kerugian yang mereka derita akibat bencana iklim, kata kementerian lingkungan India. (Sumber: AP Photo/Ben Curtis)

Masalah ini juga akan menjadi poin pembicaraan lain di KTT Glasgow.

Negara-negara maju seharusnya menyediakan USD100 miliar dalam pendanaan iklim untuk negara-negara berkembang setiap tahun mulai tahun 2020.

Uang itu akan digunakan untuk proyek-proyek yang mengurangi emisi dan membantu negara-negara beradaptasi dengan pemanasan global.

Angka terakhir mencapai sekitar USD90 miliar, dan harapan untuk komitmen penuh meredup saat konferensi Glasgow makin mendekat.

Seperti pertemuan COP sebelumnya, delegasi India juga berencana untuk mengangkat poin keadilan.

Emisi per kapita tahunan negara itu mencapai sekitar dua ton karbon dioksida, dibandingkan dengan lebih dari 16 ton emisi karbondioksida Amerika Serikat dan kurang dari setengah rata-rata per kapita global.

Krisis energi baru-baru ini, ditandai dengan melonjaknya harga gas alam, juga memberi India amunisi untuk terus menggunakan batu bara, satu-satunya bahan bakar fosil yang berlimpah.

Itu akan menjadi masalah bagi Inggris, negara tuan rumah, dengan presiden COP26 Alok Sharma yang mengatakan bahwa pembicaraan Glasgow dapat "mengantarkan batu bara ke dalam sejarah".

Perdana Menteri India Narendra Modi mengonfirmasi ia akan hadir di KTT COP26, bersama dengan 120 kepala negara lainnya. KTT Glasgow berlangsung dari 31 Oktober-12 November mendatang.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Bloomberg/Straits Times


TERBARU