> >

Mantan Pilot Boeing Hadapi Dakwaan Kasus 737 MAX yang Jatuh di Indonesia dan Ethiopia

Kompas dunia | 15 Oktober 2021, 08:04 WIB
B737 MAX 8 Lion Air di pabrik Boeing di Everett, Washington, AS. (Sumber: Kompas.com/Boeing)

Baca Juga: Garuda Indonesia Batal Beli 49 Pesawat Boeing 737 Max 8

Penyembunyian informasi ini membuat agensi menghapus referensi ke MCAS dari laporan teknis. Informasi penting ini kemudian tidak muncul dalam manual pesawat. Kebanyakan pilot tidak tahu tentang MCAS sampai terjadinya kecelakaan pertama di Indonesia.

Jaksa mengatakan bahwa Forkner meremehkan informasi itu, untuk menghindari persyaratan bahwa pilot harus menjalani pelatihan yang mahal.

Pelatihan ini akan meningkatkan biaya pembelian pesawat. Penyelidik Kongres memperkirakan pelatihan tambahan itu akan menambahkan biaya pembelian pesawat hingga $AS 1 juta per pesawat.

"Dalam upaya untuk menghemat uang Boeing, Forkner diduga menyembunyikan informasi penting dari regulator," kata Chad Meacham, penjabat pengacara AS untuk distrik utara Texas. 

“Pilihannya yang tidak berperasaan ini telah menyesatkan FAA dan menghambat kemampuan agensi untuk melindungi penerbangan publik. Hal ini telah membuat pilot berada dalam kesulitan, karena kurangnya informasi tentang kontrol penerbangan 737 MAX,” ujar Meacham seperti dikutip dari The Associated Press.

Pada tahun 2016, Forkner pernah mengatakan kepada karyawan Boeing lainnya bahwa MCAS 'mengerikan' dan 'merajalela', ketika dia mengujinya di simulator penerbangan. Namun dia tidak pernah mengatakan informasi ini kepada FAA.

Baca Juga: Menhub: 10 Pesawat Boeing 737 Max 8 akan Diperiksa

“Jadi saya pada dasarnya berbohong kepada regulator (tanpa sadar),” tulis Forkner dalam pesan yang dipublikasikan pada 2019.

Forkner, yang tinggal di pinggiran kota Fort Worth, bergabung dengan Southwest Airlines setelah meninggalkan Boeing, tetapi meninggalkan maskapai itu sekitar setahun yang lalu.

Pesawat Boeing 737 MAX milik Lion Air jatuh saat terbang dari Jakarta ke Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018, hanya 13 menit setelah take off. Seluruh awak pesawat dan penumpang yang berjumlah 189 orang tewas dalam peristiwa ini.

Hanya beberapa bulan kemudian, pesawat jenis yang sama milik Ethiopian Airlines, jatuh di Ethiopia hanya enam menit setelah take off.

Pada 10 Maret 2019, pesawat Ethiopian Airlines yang terbang dari Ethiopia menuju Kenya jatuh dan seluruh awak pesawat dan penumpang yang berjumlah 157 orang tewas dalam peristiwa ini.
 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU