> >

IMF Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melambat di tengah Pandemi Covid-19

Kompas dunia | 12 Oktober 2021, 22:57 WIB
Ilustrasi Kantor IMF. Dalam Outlook Ekonomi Dunia terbaru yang dirilis Selasa, 12 Oktober 2021, IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini sebesar 5,9 persen, turun dibandingkan dengan proyeksi mereka pada bulan Juli sebesar 6 persen. (Sumber: Kompas.tv)

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Dana Moneter Internasional IMF sedikit memangkas prospek pemulihan global dari resesi pandemi. Ini mencerminkan berlanjutnya gangguan rantai pasokan di negara-negara industri dan kesenjangan tingkat vaksinasi Covid-19 yang mematikan antara negara kaya dan miskin, seperti dilansir Associated Press, Selasa (12/10/2021).

Dalam Outlook Ekonomi Dunia terbaru yang dirilis Selasa, IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini sebesar 5,9 persen. Proyeksi mereka pada bulan Juli sebesar 6 persen.

Untuk Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, IMF memperkirakan pertumbuhan 6 persen untuk tahun 2021, di bawah perkiraan Juli sebesar 7 persen.

Revisi yang justru menurun ini mencerminkan perlambatan kegiatan ekonomi akibat peningkatan kasus Covid-19 dan penundaan produksi oleh sebab kurangnya pasokan dan percepatan inflasi.

IMF memperkirakan, untuk negara-negara maju di dunia secara keseluruhan, pertumbuhan akan mencapai 5,2 persen tahun ini, dibandingkan dengan perkiraan keuntungan kecil sebesar 3 persen untuk negara-negara berkembang berpenghasilan rendah.

"Perbedaan yang membahayakan dalam prospek ekonomi di seluruh negara," kata IMF, "tetap menjadi perhatian utama."

IMF berharap, output total negara maju pada tahun 2022 bisa menutup kerugian yang mereka derita selama pandemi, dan melampaui pertumbuhan pra-pandemi mereka pada tahun 2024.

Tetapi di negara-negara berkembang di luar China, IMF memperingatkan, output akan tetap diperkirakan 5,5 persen di bawah pertumbuhan output yang telah diperkirakan IMF sebelum pandemi melanda Maret tahun lalu.

Penurunan peringkat itu menimbulkan ancaman serius bagi standar hidup di negara-negara itu, kata laporan IMF.

IMF mengaitkan perbedaan ekonomi itu dengan disparitas yang cukup besar pada akses vaksin antara negara-negara kaya dan berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Indonesia Ambil Dana Cadangan di IMF Rp90 T

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional IMF Kristalina Georgieva. Dalam Outlook Ekonomi Dunia terbaru yang dirilis Selasa, IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini sebesar 5,9 persen, dibandingkan dengan proyeksi mereka pada bulan Juli sebesar 6 persen. (Sumber: Ludovic Marin, Pool via AP)

Dikatakan, prospek negara-negara miskin “sangat gelap,” yang mencerminkan lonjakan kasus varian Delta yang meningkatkan jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia menjadi hampir 5 juta jiwa.

Hampir 60 persen populasi di negara maju telah divaksinasi lengkap. Sementara, hanya sekitar 4 persen dari populasi di negara-negara miskin yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19.

Seiring dengan tingkat vaksinasi yang tertinggal, negara-negara miskin menghadapi tantangan dari lonjakan inflasi, dengan kenaikan harga pangan paling tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah, kata IMF.

Kenaikan 5,9 persen dalam output global yang diperkirakan dalam prospek IMF akan mewakili kenaikan yang cukup besar setelah penurunan 3,1 persen dalam output karena pandemi tahun lalu.

Untuk 2022, IMF memperkirakan ekspansi 4,9 persen, angka yang tidak berubah dari perkiraan Juli lalu.

Kenaikan 6 persen pada pertumbuhan Amerika Serikat tahun ini mengikuti kontraksi 3,4 persen pada tahun 2020. IMF mengharapkan pertumbuhan AS yang solid sebesar 5,2 persen tahun 2022.

Untuk 19 negara yang menggunakan mata uang Euro, IMF memperkirakan ekspansi 5 persen tahun ini dan 4,3 persen pada tahun 2022.

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan mencatat pertumbuhan 8 persen tahun ini, turun sedikit dari perkiraan IMF sebesar 8,1 persen pada Juli lalu, dengan pertumbuhan 5,6 persen tahun 2022.

Pandangan Ekonomi Dunia terbaru ini disiapkan untuk pertemuan musim gugur minggu ini antara IMF dan Bank Dunia, serta para menteri keuangan dan presiden bank sentral dari Kelompok 20 negara industri utama.

Baca Juga: Lebanon Gelap Gulita tanpa Listrik, Dua Pembangkit Utama Kehabisan BBM di Tengah Krisis Ekonomi

Seorang pemulung sedang menarik gerobaknya di jalanan kota Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Afghanistan di ambang krisis pangan dimana stok makanan PBB diperkirakan habis. (Sumber: Associated Press)

Laporan tersebut dirilis beberapa jam setelah IMF menyatakan keyakinannya pada direktur pelaksananya, Kristalina Georgieva, sebagai tanggapan atas tuduhan bahwa saat menjabat sebagai pejabat senior Bank Dunia, dia dan yang lainnya menekan staf untuk mengubah peringkat bisnis dalam upaya menenangkan China.

Dewan eksekutif IMF yang beranggotakan 24 orang mengatakan dalam sebuah pernyataan, tinjauan yang dilakukan "tidak secara meyakinkan menunjukkan" bahwa Georgieva memainkan peran yang tidak pantas dalam situasi tersebut.

"Setelah melihat semua bukti yang disajikan, dewan eksekutif menegaskan kembali kepercayaan penuhnya pada kepemimpinan direktur pelaksana dan kemampuannya untuk terus menjalankan tugasnya secara efektif," katanya.

Di antara agenda pertemuan minggu ini adalah upaya membujuk negara-negara kaya memenuhi janji mereka menaikkan pemberian vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin. Juga, diskusi di antara negara-negara G-20 mengenai kesepakatan global yang baru diumumkan untuk pajak laba perusahaan minimum 15 persen .

Setelah perjanjian ditinjau oleh pejabat keuangan G-20, diharapkan akan disahkan pada pertemuan puncak para pemimpin negara-negara G-20 di Roma.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU