> >

PBB dan Bangladesh Sediakan Sebuah Pulau untuk Ditinggali Pengungsi Rohingya

Kompas dunia | 11 Oktober 2021, 07:11 WIB
Pengungsi Rohingya menggendong anaknya pasca kebakaran yang terjadi bulan Maret lalu di Cox Bazar, Bangladesh. Pada Sabtu, 9 Oktober 2021, PBB dan pemerintah Bangladesh menandatangani nota kesepahaman untuk menyediakan satu pulau sebagai tempat tinggal pengungsi Rohingya. (Sumber: Antara Foto via Reuters)

DHAKA, KOMPAS.TV — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah Bangladesh menandatangani nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam perlindungan dan pengelolaan pengungsi Rohingya, Sabtu (9/10/2021).  Pengungsi Rohingya disediakan tempat di sebuah pulau yang berada di Teluk Benggala. 

Lebih dari 19.000 dari 1,1 juta pengungsi Rohingya di Bangladesh Selatan telah dipindahkan ke pulau Bhasan Char oleh pemerintah. PBB menyatakan salah satu alasan utama ditandatanganinya nota tersebut adalah untuk mulai melayani populasi Rohingya yang hidup berdesakan di kamp-kamp di Bangladesh.

Sebelumnya, lokasi tersebut pernah dikritik oleh kelompok kemanusiaan karena dianggap tidak layak untuk ditinggali. Namun pemerintah Bangladesh menyatakan bahwa pulau itu telah dikembangkan dengan menghabiskan lebih dari $AS 112 juta. 

Baca Juga: 27 Pengungsi Rohingya Hilang Akibat Perahu Tenggelam saat Melarikan Diri

Selain itu, pulau ini dianggap tidak layak karena dulunya sering terendam oleh hujan monsun. Namun menurut pemerintah Bangladesh, Pulau itu kini telah memiliki tembok laut, rumah sakit, sekolah dan masjid.

Setelah kesepakatan yang ditandatangani pada Sabtu, pihak berwenang mengatakan 81.000 pengungsi akan dipindahkan ke pulau itu dalam tiga bulan ke depan.

Johannes Van Der Klaauw, perwakilan di UNHCR, mengatakan bahwa organisasi tersebut telah melihat pulau itu dan percaya bahwa pemerintah Bangladesh telah mempersiapkan infrastruktur yang signifikan untuk mengantisipasi bahaya lingkungan.

Pengungsi juga akan memiliki kesempatan untuk mencari nafkah melalui pekerjaan sampingan yang dapat diakses setelah organisasi bantuan didirikan di pulau itu.

Namun demikian, sebagian besar pengungsi Rohingya mengatakan mereka tidak ingin pindah, karena kehidupan yang berat di tempat baru. Amir Hamza, 63, seorang pengungsi mengatakan keengganannya untuk pindah ke pulau itu.

“Saya akan pergi ke negara tempat saya dilahirkan, ayah dan kakek saya dilahirkan. Saya memiliki cinta untuk negara itu, dan saya setuju untuk pergi ke negara itu. Saya tidak setuju untuk pergi ke negara, pulau, atau tempat lain, bahkan jika saya ditawari susu dan nasi di piring emas. Saya siap dan bahagia untuk hidup di negara saya, tanah saya, dan ke rumah saya,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU