> >

Terungkap, Anggota ISIS-K Pelaku Bom Bunuh Diri Bandara Kabul Ternyata Napi yang Dibebaskan Taliban

Kompas dunia | 8 Oktober 2021, 18:31 WIB
Korban serangan bom bunuh diri di bandara Kabul dievakuasi ke rumah sakit. Pelakunya ternyata dibebaskan Taliban dari penjara saat kembali menguasai Kabul. (Sumber: Straits Times via AFP)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Anggota ISIS-K pelaku bom bunuh diri Bandara Kabul, Afghanistan ternyata adalah napi yang dibebaskan Taliban saat merebut Kabul.

Hal itu diungkapkan oleh dua pejabat Amerika Serikat, dan salah satunya adalah Anggota Kongres Ken Calvert, perwakilan Republik dari California.

Dikutip dari CNN, ia mengungkapkan berdasarkan pengarahan yang diberikan pejabat keamanan nasional, diketahui bahwa pelaku bom bunuh diri dibebaskan dari penjara Parwan di pangkalan Bagram.

Penjara Parwan di Bagram, dengan penjara Pul-e-Chyarkhi merupakan tahanan bagi beberapa ratus anggota ISIS-K.

Baca Juga: Media Internasional Soroti Gajah Wisata di Bali Kelaparan, Disebut Tinggal Kulit dan Tulang

Namun, ketika Taliban kembali menguasai Kabul, pada pertengahan Agustus mereka membebaskan semua napi di penjara tersebut.

Tak hanya anggota Taliban yang dipenjara, tetapi juga anggota ISIS-K.

Puncaknya pada 26 Agustus, jelang pemulangan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan, bom bunuh diri terjadi di luar bandara Kabul.

Sekitar 180 orang tewas, termasuk 13 tentara AS. ISIS-K pun mengaku sebagai pelakunya.

Calvert mengungkapkan hal itu saat Anggota Kongres bertemu dengan Ketua Komandan Gabungan Jenderal Mark Milley, pekan lalu.

Calvert, yang menjabat sebagai anggota peringkat Subkomite Komite Alokasi DPR AS untuk pertahanan, mewakili salah satu dari yang tewas dalam serangan bunuh diri, Kopral Kareem Nikoui.

Pada pernyataan yang dirilis akhir bulan lalu, Calvert mengatakan, ia telah diberi pengarahan oleh pejabat keamanan nasional mengenai identitas pelaku bom bunuh diri dan bahwa pelaku dibebaskan oleh Taliban dari penjara Bagram.

Baca Juga: Dikira "James Bond" oleh Taliban, Pria Inggris Mengaku Sempat Ditahan di "Guantanamo" Afghanistan

Presiden AS Joe Biden pun mendapatkan kritikan mengenai kepergian militer AS dari Bagram.

Tak hanya karena memutuskan menelantarkan kompleks militer yang merupakan jantung dari operasi militer AS di Afghanistan selama 20 tahun, tetapi juga bagaimana cara mereka melakukannya.

Sejumlah pejabat Afghanistan mengungkapkan, AS meninggalkan pangkalan tersebut di tengah malam dengan hanya sedikit peringatan.

Namun, Pentagon menegaskan mereka telah melakukan komunikasi dan koordinasi saat mengembalikan pangkalan itu ke pemerintah Afghanistan.

Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : CNN


TERBARU