> >

Fosil Perempuan di Sulawesi Ubah Pandangan Soal Migrasi dan Percampuran Homo Sapiens dan Denisovan

Kompas dunia | 6 Oktober 2021, 09:20 WIB
Iwan Sumantri, dosen arkeologi dan antropologi di Universitas Hasanuddin, memegang bagian kerangka Besse di laboratorium universitas, di Makassar, Indonesia, pada 18 September 2021 (Sumber: Straits Times via Reuters)

"Analisis genetik menunjukkan penjelajah pra-Neolitikum ini mewakili garis keturunan manusia yang berbeda yang sebelumnya tidak diketahui," kata mereka di koran.

Karena para ilmuwan sampai saat ini mengira orang-orang Asia Utara seperti Denisovans hanya tiba di Asia Tenggara sekitar 3.500 tahun yang lalu, DNA Besse mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba.

Penemuan ini juga dapat menawarkan wawasan tentang asal usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.

Baca Juga: Jazirah Arab Dulu Hutan dan Savana, Ditemukan Bukti Arkeologi Migrasi Manusia Berusia 400.000 Tahun

Batu tempat temuan Denisovan, DNA manusia purba pertama kali yang ditemukan di Kawasan Wallacea, tepatnya di di teras Leang Paningnge, Kawasan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sumber: Universitas Hasanuddin Makassar)

“Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah,” kata Iwan Sumantri, dosen Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.

Jenazah Besse memberikan tanda pertama manusia Denisovans di antara manusia Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia, tambahnya.

“Sekarang coba bayangkan bagaimana mereka menyebarkan dan mendistribusikan gen mereka untuk mencapai Indonesia,” kata Sumantri.

Iwan Sumantri, dosen arkeologi dan antropologi di Universitas Hasanuddin, memegang bagian kerangka Besse di laboratorium universitas, di Makassar, Indonesia, pada 18 September 2021

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU