> >

Kelelahan, Aung San Suu Kyi Minta Majelis Hakim Kurangi Frekuensi Persidangan atas Dirinya

Kompas dunia | 4 Oktober 2021, 21:54 WIB
Kelelahan, pemimpin Myanmar yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi, minta hakim mengurangi frekuensi persidangan dirinya (Sumber: Straits Times via AFP)

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tidak Kasih Akses Penuh, Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar Belum Bisa Bertugas

Menlu II Brunei Darussalam, Erywan Yusof, yang ditunjuk menjadi utusan khusus ASEAN untuk Myanmar. Pada 7 Agustus 2021 lalu, Erywan mengatakan ia harus mendapat akses penuh ke semua pihak ketika ia mengunjungi Myanmar. (Sumber: Straits Times)

Sekutu-sekutu Suu Kyi khawatir berbagai kasus hukum, yang mereka anggap tidak masuk akal, dapat menjerat tokoh tersebut ke dalam proses hukum yang memakan waktu bertahun-tahun.

Selama persidangan, seorang mantan politisi menuduh Suu Kyi menerima suap dalam jumlah banyak serta emas batangan. Dalam persidangan pada Senin, menurut pihak pengacara, Suu Kyi menyebut tuduhan tersebut "semuanya tidak masuk akal.".

Pada September lalu, Suu Kyi tidak dapat menghadiri satu persidangan lantaran mengeluh pusing dan kurang sehat, yang menurut tim hukumnya akibat mabuk perjalanan.

Pengacara Suu Kyi mengatakan hakim akan membuat keputusan atas permintaan pengurangan frekuensi persidangan pada minggu depan.

Delapan bulan sejak kudeta, bentrokan antara pasukan junta dan pembangkang anti-kudeta makin meningkat, dengan serangan dan pembalasan yang semakin berdarah.

Upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis, yang dipelopori oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, sejauh ini gagal membuat kemajuan.

Menteri Luar Negeri II Brunei Darussalam Erywan Yusof yang terpilih sebagai utusan khusus ASEAN pada Agustus lalu setelah perdebatan panjang, mendesak diberikannya akses penuh ke semua pihak ketika dia berkunjung ke Myanmar.

Namun pekan lalu seorang juru bicara junta mengatakan kepada Agence France-Presse, tidak mungkin dia akan diizinkan untuk bertemu Suu Kyi.

Pasukan junta militer dilaporkan sudah membunuh lebih dari 1.100 warga sipil sejak kudeta, menurut kelompok pemantau setempat.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Straits Times/AFP


TERBARU