> >

Organisasi Cendekiawan Muslim Internasional Minta Taliban Bentuk Pemerintahan yang Adil

Kompas dunia | 20 September 2021, 22:00 WIB
Sekretaris Jenderal IUMS Ali Al-Qaradaghi berbicara dalam sebuah konferensi pers di Ibu Kota Qatar, Doha, pada 1 Desember 2017. (Sumber: KARIM JAAFAR/AFP via Getty Images)

DOHA, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (International Union of Muslim Scholars/IUMS) Ali Al-Qaradaghi meminta Taliban, yang kini menguasai Afghanistan, membentuk pemerintahan yang adil.

“Dr Al-Qaradaghi telah merekomendasikan kepada pemerintah (Afghanistan) memprioritaskan pembentukan pemerintahan yang adil yang akan menjadi model dari Islam yang adil dan Islam yang rahmat,” kata IUMS melalui sebuah pernyataan, Minggu (20/9/2021), seperti dilansir dari Middle East Monitor.

Sebelumnya, Presiden IUMS Ahmed Raissouni beserta Al-Qaradaghi menerima delegasi dari kantor politik Taliban di Doha, Qatar.

“Delegasi (Afghanistan) dipimpin Sher Muhammad Abbas Stanikzai, wakil menteri di Kementerian Luar Negeri Emirat Afghanistan,” bunyi pernyataan IUMS.

Dalam pertemuan tersebut, Raissouni menawarkan bantuan di bintang pendidikan, politik, dan ekonomi.

Baca Juga: Solidaritas untuk Pelajar Perempuan Afghanistan, Pelajar Pria Tolak Sekolah

Sementara itu, Juru Bicara Taliban yang juga Deputi Menteri Kebudayaan dan Informasi pemerintahan sementara Emirat Islam Afghanistan Zabihullah Mujahid, mengecam serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan sepuluh warga sipil termasuk tujuh anak-anak di Kabul, akhir Agustus lalu.

“Ini bukan satu-satunya pelanggaran yang dilakukan oleh AS. Sudah 20 tahun mereka menyebabkan warga sipil gugur di Afghanistan,” kata Zabihullah kepada media pemerintah China, China Media Group, Minggu, seperti dikutip dari media lokal Afghanistan, Ariana News.

“Mereka sudah menyerang rumah-rumah warga sipil beberapa kali, dan kecerobohan dan persekusi terhadap rakyat Afghanistan terbaru yang mereka lakukan ini mengakibatkan sepuluh anggota keluarga termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua tewas dalam serangan udara ke daerah permukiman,” kata Zahibullah.

Dia mengatakan AS harus mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya di masa lalu.

“AS harus dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan mereka di masa lalu dan bekerja sama dengan rakyat Afghanistan sebagai bentuk ganti rugi atas pembunuhan dan penindasan negara ini,” ujar Zahibullah.

Baca Juga: Keluarga Korban Serangan Drone Salah Sasaran AS Tuntut Permintaan Maaf Langsung di Hadapan Keluarga

Pada Jumat (17/9/2021) lalu, militer AS meminta maaf atas serangan pesawat nirawak (drone) yang dilakukannya di Kabul pada 29 Agustus 2021 yang menewaskan sepuluh warga sipil, termasuk tujuh anak-anak.

Militer AS menyebut, serangan drone itu merupakan kesalahan yang tragis.

Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, sebelumnya menyebutkan serangan tersebut menyasar seorang pengebom bunuh diri ISIS.

Kepala Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie mengatakan, saat itu dia yakin, serangan drone tersebut berhasil mengadang ancaman yang mengintai pasukan yang berada di bandara.

Namun McKenzie kini mengakui itu sebagai sebuah kesalahan.

"Penyelidikan kami sekarang menyimpulkan, serangan itu adalah kesalahan yang tragis."

Baca Juga: Militer AS Minta Maaf atas Serangan Drone di Kabul yang Tewaskan 10 Warga Sipil Afghanistan

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV/Middle East Monitor/Ariana News


TERBARU