> >

Taliban Kembali Berkuasa di Afghanistan, Siapa Pemimpinnya dan Bagaimana Struktur Mereka Bekerja?

Kompas dunia | 16 Agustus 2021, 06:35 WIB
Jajaran komandan kelompok Taliban beserta pengawal tampak di ruang kerja presiden Afghanistan. Kelompok Taliban telah sepenuhnya menguasai Kabul, ibukota Afghanistan, hari Minggu, 15 Agustus 2021. (Sumber: AP Photo/Zabi Karimi)

Namun, tim pemantau Taliban PBB mengatakan adanya ketidaksepakatan internal antar tokoh Taliban, terutama mengenai proses perdamaian dan pembicaraan dengan Amerika Serikat.

Dewan kepemimpinan yang disebut Syura Rahbari dan lebih dikenal sebagai Syura Quetta, berdasarkan nama kota di Pakistan di mana Mullah Omar dan para pembantunya diyakini mendapat perlindungan dari Pakistan setelah invasi Amerika Serikat.

Dewan atau Syura itulah yang membuat keputusan untuk semua urusan politik dan militer Emirat, menurut pemantau PBB.

Saat ini pemimpin tertinggi Kelompok Taliban adalah Mawlawi Haibatullah Akhundzada. Pemimpin sebelumnya, Mullah Omar, meninggal pada tahun 2013 dan digantikan oleh Mullah Akhtar Mohammad Mansour, yang terbunuh dalam serangan udara AS tahun 2016 di Pakistan, kemudian digantikan Mawlawi.

Baca Juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Kabul Dilanda Kepanikan dan Kekacauan

Mullah Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang dilaporkan merupakan pemimpin tertinggi dan pemimpin spiritual kelompok Taliban. (Sumber: AP Photo)

Siapa Mullah Mawlawi Haibatullah Akhundzada? Dia ditunjuk sebagai pemimpin Taliban dalam transisi kekuasaan yang cepat setelah serangan pesawat tak berawak AS membunuh pendahulunya, Mullah Mansour Akhtar, tahun 2016.

Sebelum naik pangkat, Akhundzada adalah tokoh agama yang rendah hati. Dia secara luas diyakini terpilih untuk melayani lebih sebagai tokoh spiritual daripada komandan militer.

Setelah ditunjuk sebagai pemimpin, Akhundzada mendapatkan janji kesetiaan dari pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri, yang menghujani ulama itu dengan pujian, dengan menyebutnya "emir orang beriman".

Puja-puji itu membantu meningkatkan pengaruhnya dengan sekutu lama kelompok itu.

Akhundzada memanggul tantangan besar untuk menyatukan gerakan militan yang sempat retak selama perebutan kekuasaan yang pahit setelah pembunuhan pendahulunya, dan ketahuan bahwa kepemimpinan Taliban menyembunyikan kematian pendiri Taleban Mullah Omar selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Profil Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan yang Gagal Pertahankan Negara Lalu Kabur ke Luar Negeri

Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban, sempat ditangkap Pakistan namun dibebaskan atas desakan Amerika Serikat dan hingga kini menjadi deputi urusan politik dan memimpin perundingan damai mewakili Taliban (Sumber: Straits Times)

Pemimpin tertinggi itu didukung oleh deputi-deputi, saat ini para deputi adalah Mullah Muhammad Yaqoub, putra Mullah Omar yang bertanggung jawab untuk urusan agama.

Deputi berikutnya adalah salah satu pendiri Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar yang memimpin bidang diplomasi internasional dan delegasi Taliban dalam pembicaraan damai.

Deputi ketiga adalah Sirajuddin Haqqani, yang juga bos komandan tertinggi Jaringan Haqqani atau Haqqani Network, sebuah kelompok militan di tenggara Afghanistan dan barat laut Pakistan yang memiliki hubungan dekat dengan Taliban, al-Qaeda, dan ISI Pakistan.

Di bawah ketiga deputi tersebut ada Dewan kepemimpinan yang mengawasi berbagai komisi, mirip dengan kementerian yang ada sebelum penggulingan Taliban, dan organ administratif di mana Taliban menjalankan pemerintahan bayangan.

Komisi-komisi tersebut fokus pada bidang-bidang termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan penjangkauan publik.

Komisi militer menunjuk gubernur bayangan dan komandan medan perang untuk masing-masing dari 34 provinsi Afghanistan.

Komisi politik, yang dipimpin oleh Baradar, memimpin negosiasi dengan Amerika Serikat dan berbasis di Doha, Qatar.

Taliban memulai negosiasi perdamaian langsung pertamanya dengan pemerintah Afghanistan pada tahun 2020 setelah menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat. Sedikit kemajuan telah dibuat.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU