> >

Setengah Populasi Dewasa Uni Eropa Sudah Vaksinasi Covid-19, Ngebut Kejar 70 Persen Herd Immunity

Kompas dunia | 22 Juli 2021, 22:09 WIB
Seorang dokter memberikan dosis vaksin Pfizer/BioNTech Covid-19 di pusat vaksinasi Covid-19 di Leverkusen, Jerman pada 22 Juni 2021. (Sumber: Ina Fassbender/France24 via AFP)

BERLIN, KOMPAS.TV - Lebih dari separuh orang dewasa Eropa kini telah menjalani vaksinasi Covid-19 lengkap, kata Uni Eropa, Kamis (22/07/2021), di tengah beberapa negara di Eropa dan Asia memerangi wabah baru yang diduga disebabkan oleh varian Delta yang menyebar cepat.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kasus di negaranya meningkat "secara eksponensial", sementara di Jepang Olimpiade akan dibuka dengan hampir tidak ada penonton dan dengan aturan Covid-19 yang berlaku.

Lebih dari empat juta orang kini telah meninggal akibat Covid-19 sejak pertama kali muncul Desember 2019. Meskipun jumlah vaksin dan vaksinasi meningkat secara global, varian Delta memicu peningkatan jumlah infeksi dan mendorong berbagai pemerintah untuk menerapkan kembali langkah-langkah pencegahan menghindari gelombang serangan yang baru.

Uni Eropa mengatakan hari Kamis, (22/07/2021), 200 juta orang Eropa telah sepenuhnya vaksinasi Covid-19 atau lebih dari setengah populasi orang dewasa. Walau begitu jumlah tersebut masih kurang dari target 70 persen yang ditetapkan musim panas tahun ini demi mendapat kekebalan kawanan atau herd immunity.

Data baru datang ketika Merkel mendesak lebih banyak orang Jerman untuk menjalani vaksinasi, membunyikan alarm kewaspadaan atas lonjakan baru di Jerman.

"Angka infeksi meningkat lagi dan dengan dinamika yang mengkhawatirkan," kata Merkel pada konferensi pers di Berlin.

"Kami melihat pertumbuhan eksponensial," katanya menambahkan, "Setiap vaksinasi adalah langkah kecil menuju kembalinya kenormalan."

Baca Juga: Turki Kecam Pelarangan Berhijab Uni Eropa

Uni Eropa mengatakan pada hari Kamis, (22/07/2021), 200 juta orang Eropa telah sepenuhnya menjalani vaksinasi Covid-19 atau lebih dari setengah dari populasi orang dewasa. (Sumber: REUTERS/Susana Vera)

Jerman pada hari Kamis mencatat 1.890 infeksi baru selama 24 jam terakhir dengan tingkat kejadian setingkat 12,2 kasus baru per 100.000 orang selama tujuh hari terakhir - lebih dari dua kali lipat pada awal Juli.

"Dengan tingkat kejadian yang meningkat, bisa jadi kita perlu memperkenalkan langkah-langkah tambahan," katanya.

Jerman bergabung dengan sejumlah negara Eropa yang mengalami peningkatan kasus dalam beberapa pekan terakhir.

Gelombang infeksi terbaru ini sebagian besar dipicu oleh varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, yang diperkirakan akan menjadi varian virus yang dominan selama beberapa bulan mendatang, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu.

Sekarang varian delta tercatat di 124 wilayah Eropa, 13 wilayah lebih banyak dari minggu lalu, dan sudah menyumbang lebih dari tiga perempat spesimen sekuens di banyak negara besar.

Prancis minggu ini meluncurkan aturan baru yang mengharuskan izin kesehatan untuk semua acara atau tempat dengan lebih dari 50 orang sebelum diperluas ke restoran, kafe, dan pusat perbelanjaan pada Agustus.

Orang-orang perlu menunjukkan bukti vaksinasi atau tes negatif untuk mendapatkan akses, setelah negara itu melaporkan lonjakan baru, lebih 21.000 kasus baru pada hari Rabu, level tertinggi sejak awal Mei.

Baca Juga: Hujan Ekstrem di Eropa Barat, Belanda dan Jerman Terdampak Banjir Besar

Seorang wanita berjalan sambil menenteng maskernya di dekat Arc de Triomphe di Paris, Prancis, pada 17 Juni 2021. (Sumber: Xinhua/Gao Jing)

Kasus infeksi juga melonjak di Inggris, di mana sebagian besar pembatasan dicabut minggu ini. Sementara hari Kamis supermarket Inggris memperingatkan kemungkinan mereka akan kekurangan pasokan makanan karena staf dipaksa untuk isolasi mandiri berdasarkan sistem tracing yang baru.

Dengan tidak adanya akhir yang jelas dari pandemi ini, perhatian beralih sekali lagi ke penyelidikan internasional tentang asal-usul virus tersebut.

Di tempat lain pada hari Rabu, (21/07/2021) WHO berfokus pada aspek lain dari pandemi, yaitu krisis kesehatan mental yang meningkat disebabkan kecemasan akibat penyebaran virus, dampak psikologis dari isolasi, bersama dengan tekanan terkait dengan pengangguran dan kekhawatiran keuangan.

"Semua orang terpengaruh dalam satu atau lain cara," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada pertemuan di Athena, Kamis.

"Dampak kesehatan mental dari pandemi ini akan berjangka panjang dan berjangkauan luas."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : France24


TERBARU