> >

Rekomendasikan Obat Baru untuk Pasien Covid-19, WHO Desak Perusahaan Farmasi Turunkan Harganya

Kompas dunia | 7 Juli 2021, 19:44 WIB
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak perusahaan-perusahaan farmasi menurunkan harga obat-obatan Covid-19. (Sumber: WHO/Christopher Black)

JENEWA, KOMPAS.TV - Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui panduan perawatan Covid-19 dengan memberikan rekomendasi penggunaan satu kategori obat-obatan baru untuk pasien dengan gejala penyakit berat pada Selasa (6/7/2021).

Kategori obat baru untuk pasien Covid-19 itu bernama penghambat reseptor interleukin-6 (IL-6).

WHO menyarankan tenaga kesehatan memberikan obat-obatan dalam kategori ini bersama obat tipe corticosteroid.

Rekomendasi atas obat-obatan ini berdasarkan analisis besar WHO atas penggunaan obat kategori penghambat IL-6 pada lebih 10 ribu pasien dari 28 negara.

Baca Juga: WHO: Varian Delta Telah Menyebar ke Hampir 100 Negara, Dunia dalam Periode Berbahaya Pandemi

Melansir who.int, pasien Covid-19 dengan gejala berat atau kritis sering menderita reaksi berlebihan dari sistem daya tahan tubuh. Respons berlebihan ini justru berbahaya bagi kesehatan pasien. 

“Obat-obatan dalam kategori penghambat IL-6, seperti tocilizumab and sarilumab, dapat berguna menekan reaksi berlebihan imun tubuh pasien,” tulis rilis pers WHO.

Analisis terhadap data puluhan penelitian itu menunjukkan, pasien yang menerima obat-obatan penghambat IL-6 memiliki kemungkinan bertahan hidup lebih tinggi.

Persentase kematian pasien yang menerima obat-obatan ini berkurang hingga 13%. Ini berarti, obat ini dapat menyelamatkan 15 jiwa untuk tiap seribu pasien.

Obat ini juga dapat menyelamatkan hingga 28 nyawa untuk tiap seribu pasien kritis. Persentase kebutuhan penggunaan alat bantu pernapasan juga berkurang hingga 28%.

“Obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita akibat dampak mematikan Covid-19 dengan gejala parah dan kritis,” ujar Direktur Jendral WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca Juga: Kabar Baik, Gratis Fasilitas Konsultasi Dokter dan Obat Bagi yang Isolasi Mandiri

Tedros menyebut, banyak negara miskin dan berpendapatan menengah tak mendapat jatah vaksin Covid-19 yang adil. 

Hal ini membuat penduduk negara-negara itu lebih rentan terjangkit Covid-19 dengan gejala lebih berat.

“Jadi negara-negara yang sekarang kekurangan akses vaksin sangat membutuhkan obat-obatan ini,” kata Tedros.

Ia pun mendorong perubahan ini dengan mendesak perusahaan-perusahaan farmasi agar menurunkan harga obat-obatan penghambat IL-16 itu.

Hal ini agar negara miskin dan negara berpendapatan menengah dapat membeli persediaan obat-obatan itu.

WHO juga mengimbau perusahaan-perusahaan untuk menyepakati perjanjian pemberian lisensi terbuka dan transparan serta mengesampingkan hak eksklusif atas obat-obatan itu.

Baca Juga: Panduan Mendapat Obat Gratis untuk Pasien Covid-19 yang Sedang Jalani Isolasi Mandiri

Mengutip Doctors Without Borders (MSF), tocilizumab termasuk ke dalam kelas obat yang disebut antibodi monoklonal (mAbs).

Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker. Harga obat tersebut sangat mahal.

Obat mAb lainnya yang direkomendasikan oleh WHO, sarilumab juga berada di bawah hak paten banyak perusahaan. Akibatnya, obat ini cenderung mahal dan sulit diakses pasien di negara miskin dan negara berpendapatan menengah.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU