> >

Jakarta Dinobatkan sebagai Kota dengan Risiko Lingkungan Terbesar Sedunia, Diprediksi Tenggelam 2050

Kompas dunia | 15 Mei 2021, 07:44 WIB
Banjir di Jalan Raya Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). Warganet ramai mengomentari kawasan elite di Kemang milik Lippo. (Sumber: KOMPAS.com/Ihsanuddin)

Selain itu, ia juga mendisiplinkan pabrik-pabrik yang melampaui batas polusi melalui denda dan penutupan.

Namun, menurut Bloomberg, pemerintah China masih tertinggal dari jadwal untuk memenuhi targetnya sendiri.

Terutama karena China meningkatkan rencana untuk membangun pabrik batu bara baru sebagai upaya pulih dari ekonomi yang mati suri akibat pandemi.

Polusi udara dan air menyebabkan risiko tinggi di kota-kota di Asia. (Sumber: Verisk Maplecroft)

Dibandingkan dengan di Asia, kota-kota di Afrika secara umum memiliki tingkat polusi udara yang lebih rendah.

Menurut Will Nichols, Kepala Penelitian Lingkungan dan Perubahan Iklim di Verisk Maplecroft, yang memimpin penyusunan laporan itu, kota-kota di Afrika cenderung menghapi risiko bahaya alam yang lebih sedikit.

Namun, para peneliti menyebut, sejauh ini, kota-kota di Afrika menghadapi risiko perubahan iklim terbesar: 38 dari 40 kota paling rentan risiko perubahan iklim ada di Afrika.

Ini berakar dari layanan publik dan infrastruktur yang kurang didanai di kawasan itu.

Termasuk suhu panas dan cuaca ekstrim yang secara tidak proporsional telah membuat perubahan iklim menjadi lebih umum terjadi di sana.

Faktor perubahan iklum merupakan ancaman besar bagi kota-kota di Asia dan Afrika. (Sumber: Verisk Maplecroft)

Lagos, kota terbesar di Nigeria, menghadapi risiko lingkungan terbesar Afrika dan menempati posisi ke-144 dari total 576 kota yang diteliti.

Ini lantaran Lagos memiliki masalah dengan kualitas udara, polusi air dan tekanan panas.

Lagos juga menduduki peringkat ke-4 sebagai kota paling rentan dengan perubahan iklim di dunia.

Para peneliti mengidentifikasi Glasgow, yang akan menjadi tuan rumah konferensi iklim PBB pada November tahun ini, sebagai kota paling tidak rentan terhadap perubahan iklim di dunia.

Glasgow juga menjadi kota paling aman ke-4 atas keseluruhan risiko lingkungan.

“Kendati sejumlah warga Skotlandia mengalami banjir alami,” kata Nichols, “Glasgow memiliki risiko rendah terhadap hampir semua hal lainnya," imbuhnya.

Baca Juga: Pulau Apung Sampah di Bosnia Bahayakan Lingkungan dan Manusia di Negara-Negara Balkan

Sementara itu, prospek kota-kota di Amerika Serikat (AS), beragam.

Sebagian besar pusat-pusat kota di negara itu memiliki kadar polusi udara yang relatif lebih rendah dibandingkan kota-kota di Asia dan Eropa.

Ini berkat keputusan-keputusan bersejarah tentang bahan bakar yang mencemari.

Kota-kota di bagian barat-daya menghadapi tekanan panas yang lebih besar dan bahaya alam yang lebih banyak.

Bahaya alam itu juga seperti gempa bumi dibandingkan kota-kota di bagian timur-laut.

Dari seluruh kota AS yang diteliti, Los Angeles menghadapi tingkat risiko lingkungan terbesar di posisi 257.

Hal tersebut sebagian besar karena kualitas udara yang buruk.

Lalu banyaknya bahaya alam dan tekanan air yang parah di negara bagian California.

Baca Juga: Bencana Gletser Himalaya: Pembangunan PLTA Tak Perhatikan Lingkungan dan Risiko Bencana

Verisk Maplecroft menyusun laporan tersebut untuk memandu perusahaan-perusahaan membuat keputusan bisnis.

Namun, laporan ini bisa jadi sama pentingnya bagi komunitas dan pembuat kebijakan dalam melihat masa depan kota mereka.

“Ancaman-ancaman lingkungan ini tidak akan hilang begitu saja dan di banyak kasus akan memburuk sebagai akibat dari perubahan iklim,” papar Nichols.

“Anda harus mulai menyertakan ancaman-ancaman lingkungan ini dalam pengambilan keputusan hari ini. Sungguh, ini bukan sesuatu yang bisa ditunda hingga besok," katanya, menegaskan.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU