> >

Penelitian di Wuhan: Antibodi Lindungi Penyintas Covid-19 Selama 9 Bulan

Kompas dunia | 21 Maret 2021, 18:45 WIB
Para tenaga kesehatan dari Provinsi Liaoning berpose untuk difoto di Universitas Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 13 Maret 2021. (Sumber: Xinhua/Xiao Yijiu)

BEIJING, KOMPAS.TV - Sekitar 40 persen pasien positif Covid-19 di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China tengah, memiliki antibodi yang melindungi penyintas agar tidak kembali tertular virus itu selama setidaknya sembilan bulan.

Hal itu diungkap jurnal medis The Lancet pekan ini, seperti dilansir Xinhua, Minggu, (21/03/2021).

Menurut studi itu, tingkat kemunculan kasus positif Covid-19 yang disesuaikan di Wuhan, kota yang sempat terdampak paling parah oleh virus itu tahun lalu, hanya mencapai 6,9 persen.

Persentase itu mengindikasikan, hanya ada sebagian kecil dari populasi Wuhan yang tertular Covid-19 usai merebaknya epidemi itu.

"Menilai proporsi populasi yang telah tertular Covid-19 dan mereka yang kebal menjadi krusial dalam menentukan strategi pencegahan dan pengendalian yang efektif untuk mengurangi potensi merebaknya kembali pandemi itu di masa mendatang," tutur Wang Chen, penulis utama artikel tersebut sekaligus Presiden Akademi Ilmu Kedokteran China dan Peking Union Medical College.

Sebagai survei seroprevalensi jangka panjang pertama di Wuhan, studi itu menguji antibodi Covid-19 pada lebih dari 9.500 warga usai kebijakan karantina wilayah (lockdown) di kota tersebut dicabut pada April 2020. Tes sampel darah lanjutan dilakukan pada Juni serta antara Oktober dan Desember untuk memeriksa apakah antibodi itu ada.

Baca Juga: Corona Berasal dari Pasar Huanan Wuhan, WHO Fokus Investigasi di Daerah Asia Tenggara, Kenapa?

Foto yang diabadikan menggunakan kamera ponsel ini menunjukkan sejumlah pasien yang telah sembuh mengucapkan selamat tinggal kepada para tenaga kesehatan sebelum meninggalkan Rumah Sakit Leishenshan di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 4 April 2020. (Sumber: Xinhua/Gao Xiang)

Studi-studi terdahulu di banyak negara menunjukkan bahwa populasi yang telah tertular Covid-19 yang dihitung berdasarkan tingkat kasus positif antibodi serum jauh lebih tinggi dibandingkan kasus penularan sebenarnya.

Studi baru itu menunjukkan, kemungkinan hal ini sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa mayoritas orang yang tertular Covid-19 bersifat asimtomatik (tanpa gejala) atau tidak menjalani tes atau dirawat karena memiliki gejala infeksi yang ringan.

Selain itu, ditemukan bahwa kadar antibodi pada pasien asimtomatik lebih rendah dibandingkan tingkat antibodi pada pasien terkonfirmasi Covid-19 dan kasus asimtomatik dalam studi tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU