> >

Bencana Gletser Himalaya: Pembangunan PLTA Tak Perhatikan Lingkungan dan Risiko Bencana

Kompas dunia | 10 Februari 2021, 05:30 WIB
Banjir bandang akibat mencair dan patahnya Gletser Nanda Devi di Himalaya melanda Distrik Chamoli di Provinsi Uttarakhand, India, Minggu (7/2). (Sumber: KK Productions via AP)

Air yang dimuntahkan oleh luapan sungai ini setara dengan beberapa bom nuklir, dan mampu menyediakan energi bersih bebas karbon melalui proyek-proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun, membangun PLTA tanpa memperhatikan lingkungan dan memitigasi risiko sangatlah berbahaya.

“Kekuatan kasar air dari sungai ini sungguh mencengangkan, terutama jika rusak," kata Schaefer. “Ini tidak bisa dijinakkan. Kita harus mencegahnya.”

Pembangunan PLTA tidak memperhatikan lingkungan dan risiko bencana

Pemerintah Provinsi Uttarakhand menyebut, wilayahnya kerap menghadapi mati listrik dan terpaksa menghabiskan dana 137 juta dolar AS setiap tahun untuk membeli listrik. Provinsi itu memiliki potensi tertinggi kedua di India untuk membangun PLTA. Namun, para ahli menyatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik bertenaga matahari dan angin lebih berkelanjutan dan risikonya lebih kecil dalam jangka panjang.

Lumpur di Sungai Dhauliganga setelah sebagian gletser Nanda Devi pecah di daerah Tapovan di negara bagian utara Uttarakhand, India, Minggu, 7 Februari 2021. (Sumber: Associated Press)

Meski pembangunan diperlukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan di wilayah itu, namun perubahan paradigma juga diperlukan agar pelaksanaan proyek semacam itu juga mempertimbangkan kerapuhan ekologi pegunungan. Pun, risiko yang tak bisa ditebak akibat perubahan iklim.

Misalnya, pada pembangunan bendungan kedua – yang ikut hancur dihantam banjir bandang hari Minggu lalu – pada 2009, para pekerja tak sengaja merusak akuifer, lapisan bawah tanah yang mengandung dan mengalirkan air. Hingga, cadangan air yang seharusnya cukup bagi 2 – 3 juta orang dikeringkan dengan kecepatan 60 – 70 juta liter setiap hari selama seminggu. Akibatnya, desa-desa di sekitar wilayah itu pun mengalami kekurangan air.

“Rencana pembangunan harus sejalan dengan lingkungan, dan bukannya bertentangan,” ujar Anjal Prakash, profesor di Sekolah Bisnis India yang telah berkontribusi dalam penelitian dampak perubahan iklim di Himalaya bagi PBB.

“Perubahan iklim terjadi di sini, sekarang. Itu bukan sesuatu yang bakal terjadi di masa depan,” tegasnya.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU