> >

Rusia Kembalikan Dua Pria Gay ke Chechnya, Hidup Mereka Diyakini dalam Bahaya

Kompas dunia | 7 Februari 2021, 07:33 WIB
Bendera pelangi simbol dari LGBT. (Sumber: AP Photo/Emrah Gurel)

MOSKWO, KOMPAS.TV - Dua pria gay yang melarikan diri ke Rusia dari Chechnya, akhirnya dikembalikan ke daerah asalnya.

Keduanya dikabarkan melarikan diri ke Rusia setelah diyakini mendapat siksaan di Chechnya.

Jaringan LGBT Rusia pun meyakini kedua pria itu, Salekh Magamadov dan Ismail Isayev kini hidupnya berada dalam bahaya.

Baca Juga: Sputnik V, Vaksin Covid-19 Rusia Tampil Makin Mencuat Ditengah Kemelut Pasokan Vaksin Dunia

Jaringan itu mengungkapkan mereka yang membantu Magamadov dan Isayev lari ke Rusia, menghindari polisi Chechnya.

Kedua mengatakan bahwa mereka disiksa dan dipaksa membuat video permintaan maaf di Chechnya.

Seperti dikutip dari BBC, Jaringan LGBT Rusia mengatakan keduanya ditangkap, Kamis (4/2/2021) waktu setempat di apartemen mereka di Nizhny Novgorod.

Baca Juga: Stres Pembatasan Kunjungan Keluarga Akibat Pandemi Covid-19, Napi di Penjara St. Louis Ngamuk

Namun, tak dijelaskan alasan mereka ditahan oleh kepolisian Rusia.

Kaum gay dan minoritas seksual lainnya diyakini mendapatkan persekusi yang sistematik di Chechnya, dimana prilaku homophobia menyebar.

Baca Juga: Hari Ini Tepat Setahun Kematian Dokter di Wuhan yang Pertama Kali Peringatkan Bahaya Covid-19

Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyarov, secara konsisten membantah tuduhan penahanan ilegal dan kekerasan terhadap Hak Asasi Manusia bagi LGBT.

Dia dan Pemerintahan Chechnya bahkan menegaskan tak ada satu pun anggota dari komunitas LGBT di wilayahnya.

Meski adanya penyangkalan dari pihak berwenang, banyak yang akhirnya berani maju dan mengatakan mereka telah ditahan dan disiksa karena orientasi seksualnya.

Baca Juga: Mesir Bebaskan Jurnalis Al-Jazeera yang Ditahan Sejak 2016

Jaringan LGBT Rusia telah mengawasi tuduhan penyiksaan terhadap LGBT di Chechnya sejak 2017, dimana lebih dari lusinan gay dilaporkan telah ditangkap.

Grup tersebut juga mengungkapkan terjadinya gelombang baru dari persekusi dan penyalahgunaan wewenang pada 2019, setelah polisi Chechnya membunuh dua orang lewat penyiksaan.

Namun, saat itu juru bicara Pemerintah Chechnya menegaskan laporan tersebut sepenuhnya bohong.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU