> >

Ledakan di Ibukota Arab Saudi, Pemberontak Houthi Sangkal Tuduhan pada Mereka

Kompas dunia | 27 Januari 2021, 13:03 WIB
Pemandangan Kota Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi. Rudal milik milisi Houthi menyasar kota ini pada Selasa (26/1/2021) siang waktu setempat. (Sumber: AFP via Kompas.com/ Franck Fife)

RIYADH, KOMPAS.TV - Penduduk Kota Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi geger karena mendengar bunyi ledakan pada Selasa (26/1/2021) siang waktu setempat. Ledakan itu diduga disebabkan rudal milik Houthi, milisi pemberontak di Yaman.

“Aku mendengar suara sangat keras dan berpikir itu benda yang jatuh dari langit. Seluruh rumahku bergetar,” kata seorang penduduk Riyadh, dikutip dari arabnews.com.

Koalisi negara-negara Timur Tengah pimpinan Arab Saudi di Yaman mengklaim mereka telah menggagalkan serangan udara itu.

Houthi menyangkal meluncurkan rudal yang menyasar Riyadh itu. Namun, milisi ini telah berkali-kali menargetkan Arab Saudi dengan drone dan rudal sejak Arab mengintervensi dan mendukung pemerintahan Yaman yang diakui internasional pada 2015.

Sebelumnya, drone atau rudal Houthi jarang mencapai ibu kota kerajaan yang berjarak sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan.

Mengutip arabnews.com, analis yakin serangan terakhir itu adalah tindakan Houthi.

Serangan ini terjadi di tengah wacana yang beredar soal pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mencabut penyebutan Houthi sebagai organisasi teroris.

“Tindakan mereka (Houthi) selama bertahun-tahun telah menyudutkan mereka sendiri dan pemerintahan (Amerika) yang baru tak akan punya alasan kuat untuk mencabut (penyebutan itu),” kata analis politik Arab Hamdan Al-Shehri. “Houthi adalah kelompok teroris yang didukung Iran.”

Pihak berwenang Arab Saudi dan Amerika mengatakan Iran telah menyuplai senjata, termasuk rudal balistik pada milis Houthi. Iran menyangkal hal itu, meski penelusuran komponen senjata-senjata itu menunjukkan hubungan Houthi dengan pemerintah Iran.

Saudi Arabia dan koalisi mereka di Timur Tengah khawatir dengan misil dan campur tangan Iran dalam gejolak di Irak, Lebanon, dan Yaman. Koalisi Arab mendukung kebijakan mantan Presiden Amerika Donald Trump yang menekan keras dan mengembalikan sanksi atas Iran.

Penulis : Ahmad-Zuhad

Sumber : Kompas TV


TERBARU