> >

China Bantah Klaim Mantan Menlu AS Tentang Genosida di Uyghur

Kompas dunia | 21 Januari 2021, 03:15 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying berbicara selama konferensi pers harian di Kemenlu di Beijing pada Rabu, 20 Januari 2021. Kemenlu China menggambarkan mantan US Menlu Mike Pompeo pada Rabu sebagai badut akhir zaman dan mengatakan tuduhannya terhadap China sebagai pelaku genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan hanyalah kertas sampah saja (Sumber: AP Photo/Liu Zheng)

BEIJING, KOMPAS.TV - China membantah tuduhan Washington bahwa Beijing melakukan genosida terhadap Uighur dan minoritas Muslim lainnya sebagai "kebohongan yang keterlaluan" dan "racun" dalam periode agresif hubungan antara negara adidaya.

Di bawah Pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan habis masa jabatannya, AS berulang kali dianggap mencari gara-gara dengan China mengenai perdagangan, keamanan, teknologi, asal-usul pandemi Covid-19, dan hak asasi dari Hong Kong lalu ke Xinjiang, rumah bagi minoritas Uighur.

Di hari terakhir Pemerintahan Trump, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo melemparkan batu terakhirnya melawan China.

Baca Juga: Terkuak! Alasan Pemerintah Utamakan Vaksin Covid-19 dari China

Menlu AS ini mengatakan, penahanan besar-besaran Beijing terhadap sebagian besar minoritas Muslim di wilayah Xinjiang sama dengan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Kami menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur oleh negara partai China," kata Pompeo pada Selasa (19/01/2021), seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (20/01/2021)

Genosida tidak pernah terjadi

Kementerian Luar Negeri China membalas dengan menuduh Pompeo mengarang "proposisi palsu yang sensasional" selama masa jabatannya.

"Genosida tidak pernah terjadi di masa lalu, tidak terjadi sekarang, dan tidak akan pernah terjadi di China," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, Rabu (20/01/2021), seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: PDB China Tembus 100 triliun Yuan pada 2020

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim berbahasa Turki lainnya telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang.

Akses independen ke area yang dianggap sensitif sangat dibatasi, membuat pelaporan dan verifikasi tuduhan hampir tidak mungkin.

Pompeo mendesak semua badan internasional termasuk pengadilan untuk menangani kasus-kasus atas perlakuan China terhadap Uighur. Dia juga menyuarakan keyakinan bahwa Amerika Serikat akan terus meningkatkan tekanan.

China menyangkal melakukan kesalahan dan berpendapat bahwa kamp-kampnya adalah pusat pelatihan kejuruan yang dimaksudkan untuk mengurangi daya pikat ekstremisme Islam.

Baca Juga: Jepang Buka Suara Terkait Kondisi Umat Muslim Uighur di Xinjiang, Ini Katanya

Pengganti Pompeo, pilihan Presiden terpilih Joe Biden untuk Menteri Luar Negeri, Antony Blinken mengatakan pada Selasa (19/01/2021), dia setuju dengan keputusan petahana untuk melabeli tindakan China sebagai genosida.

Blinken juga berjanji untuk tetap bersikap keras terhadap China.

Tetapi, Hua menyimpan sebagian besar kritiknya pada Rabu kemarin untuk Pompeo, dengan menyebutnya "badut". Dan sebaliknya, ia menyarankan pejabat AS lainnya agar tidak disesatkan oleh anggota Pemerintahan Trump.

Hua berharap, Pemerintahan Biden yang akan datang akan "memperlakukan China secara objektif dan rasional, dan bertemu China di tengah".

Selain itu, Biden bisa lebih terukur dalam nada dan merajut kembali aliansi yang compang-camping di panggung global.

Namun Blinken kepada media AS mengatakan sementara ini akan tetap memberlakukan tariff perang dagang atas China.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU