> >

Unjuk Kekuatan, Amerika Serikat Kirim Pesawat Bomber ke Iran

Kompas dunia | 11 Desember 2020, 04:41 WIB
Foto dokumentasi pesawat bomber B-52H Stratofortress, yang secara informal dikenal sebagai “Big Ugly Fat Fellow” atau berarti kawan gemuk yang jelek. AS mengirimkan dua pesawat bomber ini ke Iran untuk unjuk kekuatan. (Sumber: Associated Press)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Dalam pertunjukan baru kekuatan militer, dua pesawat bomber Amerika Serikat (AS) terbang ke Timur Tengah pada Kamis (10/12/2020). Penerbangan dua pesawat momber B-52H Stratofortress yang besar ini, dilakukan untuk menegaskan komitmen AS di Timur Tengah, bahkan ketika pemerintahan Presiden Donald Trump menarik ribuan tentara dari Irak dan Afghanistan.

Pesawat bomber ini mampu membawa senjata konvensional dan nuklir. Ketika diterbangkan ke jarak yang cukup jauh, pesawat besar ini menjadi pemandangan yang luar biasa dan jarang ditemukan di Timur Tengah. Musuh seringkali menganggap, penerbangan pesawat bomber di wilayah mereka sebagai unjuk kekuatan yang provokatif.

“Kemampuan untuk menerbangkan pesawat bomber dalam jarak setengah putaran bumi merupakan misi tanpa henti untuk berintegrasi dengan cepat dengan beberapa mitra regional. Hal ini untuk menunjukkan hubungan kerja kami yang erat dan komitmen bersama untuk menjaga keamanan dan stabilitas regional,” ujar Jenderal Frank McKenzie, komandan AS untuk Timur Tengah, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari the Associated Press.

Baca Juga: AS Umumkan Penarikan Sebagian Pasukan di Irak dan Afghanistan

Penarikan sebagian pasukan AS di Irak dan Afghanistan, ditambah dengan kapal induk USS Nimitz di Teluk yang akan segera dipulangkan, telah memicu kekhawatiran sekutu bahwa AS akan meninggalkan wilayah tersebut.

Kekhawatiran itu semakin besar dengan adanya dugaan, bahwa Iran akan menyerang AS atau sekutunya, sebagai pembalasan atas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh. Iran menuding Israel ada di balik pembunuhan terhadap ilmuwan nuklirnya.

Para pejabat AS juga khawatir tentang kemungkinan serangan balasan Iran pada peringatan serangan udara AS, yang menewaskan jenderal tertinggi Iran, Qassem Soleimani. Selain itu, para pemimpin senior milisi Irak di dekat bandara Baghdad juga tewas pada awal Januari.

Milisi Irak yang didukung oleh Iran, secara rutin meluncurkan roket di dekat instalasi di Irak, yang merupakan pangkalan pasukan AS dan Irak. Para pejabat AS khawatir akan datangnya serangan yang lebih besar dan lebih mematikan.

"Kami tidak mencari konflik," kata McKenzie, "tetapi kami harus tetap bersikap dan berkomitmen untuk menanggapi setiap kemungkinan atau menentang agresi apa pun," tambahnya.

Seorang pejabat senior militer, yang berbicara kepada sekelompok kecil wartawan dengan syarat anonim, memberikan rincian tentang penerbangan pesawat bomber ini. Ia mengatakan, pemerintah AS yakin bahwa risiko serangan Iran terhadap AS akan sedikit lebih tinggi dari biasanya. Dengan adanya unjuk kekuatan ini, Pentagon ingin memastikan bahwa Teheran akan berpikir dua kali sebelum melakukan apa pun.

Baca Juga: NATO Kewalahan Jika AS Tarik Sebagian Pasukan Dari Afghanistan

Yang juga menambah kekhawatiran AS adalah, karena saat ini mereka tengah dalam masa transisi kekuasaan, dari Presiden Donald Trump ke Joe Biden. Pejabat itu juga mengatakan, Iran atau musuh AS lainnya percaya, AS lebih lemah atau lebih lambat untuk merespons pada saat transisi politik. Namun hal ini dibantah tegas oleh pejabat Amerika.

Penerbangan pesawat bomber ke Timur Tengah dan Eropa, pernah juga telah digunakan di masa lalu untuk mengirim pesan ke Iran. AS pernah melakukan ini beberapa kali dalam dua tahun terakhir.

Menurut para pejabat, pesawat bomber terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana pada Rabu (9/12/2020) dan melakukan penerbangan hingga Kamis. Secara resmi pesawat ini bernama B-52H  Stratofortress dan secara informal, dia dijuluki “Big Ugly Fat Fellow” atau berarti kawan gemuk yang jelek. Pesawat ini mendapatkan ketenaran yang abadi dalam perang Vietnam sebagai pembuat teror di udara.

Kedua pesawat bomber meninggalkan AS pada Rabu malam, kemudian tiba di Timur Tengah Kamis pagi, lalu langsung kembali ke AS. Mereka menerbangkan misi sekitar 36 jam, dengan melintasi Samudra Atlantik dan Eropa, lalu melintasi Semenanjung Arab dan menyusuri Teluk Persia. Ia kemudian membuat putaran lebar di dekat Qatar dan menjaga jarak yang aman dari garis pantai Iran.

Penerbangan itu juga dikoordinasikan dengan sekutu AS di wilayah yang dilewatinya. Pesawat dari Arab Saudi, Bahrain dan Qatar terbang bersama dengan pesawat bomber saat mereka melakukan perjalanan melalui wilayah udara mereka. Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan, pesawat bomber tidak menjatuhkan amunisi apa pun selama penerbangan.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU