> >

PBB: Harga Pangan Dunia Melonjak, Tertinggi Sejak 2012

Kompas dunia | 5 Desember 2020, 04:18 WIB
Petani Padi India Memproses Hasil Panen (Sumber: AP Photo/Anupam Nath)

ROMA, KOMPAS TV - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia FAO melaporkan kenaikan harga bahan pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global, memberikan tekanan ekstra khususnya pada 45 negara yang membutuhkan bantuan pangan dari luar untuk rakyat mereka.

Seperti dilaporkan Kompas.com, Indeks Harga Pangan FAO rata-rata berada di 105 poin selama satu bulan, naik 3,9 persen dari Oktober dan 6,5 persen dari tahun sebelumnya. "Kenaikan bulanan ini paling tajam sejak Juli 2012, membuat indeks berada pada level tertinggi sejak Desember 2014," kata badan pangan PBB yang berbasis di Roma itu.

Kenaikan terbesar terjadi pada indeks harga minyak nabati yang melonjak 14,5 persen karena kontraksi tajam pada cadangan minyak sawit dunia yang memicu naiknya harga, demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu Turki.

Indeks harga gula dunia naik 3.3% dipicu kemungkinan turunnya produksi global pada beberapa waktu ke depan, sementara indeks harga sereal juga naik 2,5 persen sejak Oktober, hampir 20 persen lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Turunnya proyeksi hasil panen bahan pangan utama juga menjadi pemicu kenaikan harga. Harga ekspor gandum naik, antara lain karena berkurangnya prospek panen di Argentina, begitu pula harga jagung, dengan perkiraan penurunan produksi di Amerika Serikat dan Ukraina, diperberat oleh tindak pembelian besar-besaran oleh China, demikian dilaporkan FAO.

Indeks harga gula naik 3,3 persen dari bulan sebelumnya di tengah "meningkatnya ekspektasi penurunan produksi global" karena cuaca buruk yang membuat prospek panen yang lebih lemah di Uni Eropa, Rusia, dan Thailand.

Harga susu juga naik 0,9 persen mendekati level tertinggi selama 18 bulan, sebagian karena ledakan penjualan di Eropa akibat pandemi Covid-19. Harga daging naik 0,9 persen dari Oktober, tetapi telah mengalami penurunan secara signifikan pada tahun lalu, kata laporan itu.

Kenaikan harga merupakan beban tambahan bagi mereka yang mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi virus Covid-19, yang menurut FAO terbukti menjadi "pendorong penting tingkat kerawanan pangan global".

"Pandemi memperburuk dan memperberat kondisi yang sudah rapuh yang disebabkan oleh konflik, hama dan cuaca, termasuk badai yang terjadi baru-baru ini di Amerika Tengah dan banjir di Afrika," kata FAO. Selanjutnya disebutkan, "45 negara, 34 di antaranya di Afrika, terus membutuhkan bantuan dari luar untuk bahan pangan utama,".

Laporan FAO juga mencatat risiko curah hujan di atas rata-rata di Afrika Selatan dan Asia Timur, sementara sebagian Asia dan Afrika Timur curah hujan diperkirakan diprediksi mengalami penurunan  yang menciptakan "kondisi yang dapat menggoncang produksi dan akan merugikan".

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV

Tag

TERBARU