> >

Pemimpin PBB dan Dunia Bertemu Untuk Mencari Jalan Akhiri Pandemi

Kompas dunia | 4 Desember 2020, 04:11 WIB
(Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir berbicara dalam sesi khusus Majelis Umum PBB untuk membahas tanggapan terhadap Covid-19 dan jalan terbaik menuju pemulihan dari pandemi, Kamis, 3 Desember 2020, di markas besar PBB, New York. Sumber: Associated Press)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volkan Bozkir membuka sesi khusus pertama badan dunia untuk Covid-19, Kamis (3/12/2020). Ia menyebut momen ini merupakan tonggak sejarah untuk mencari jalan mengakhiri pandemi.

Bozkir mengatakan, dunia sedang menantikan kepemimpinan dan tindakan PBB untuk mengatasi tantangan terbesar yang dunia kita hadapi saat ini.

"Ini bukan waktunya untuk menunjuk. Kami telah berkumpul di sini untuk mencari jalan ke depan dan untuk mengakhiri penderitaan orang-orang yang kami layani,” ujarnya seperti dikutip dari the Associated Press.

Hampir 100 pemimpin dunia dan beberapa puluh menteri pemerintah, dijadwalkan akan berbicara selama sesi khusus yang berlangsung secara virtual ini. Sesi dimulai dengan Bozkir yang meminta duta besar dan diplomat dari 193 negara anggota PBB yang berada di aula pertemuan, untuk berdiri dalam diam sebagai penghormatan kepada 1,5 juta orang yang kehilangan nyawanya karena Covid-19.

Baca Juga: PBB Hapus Ganja dari Kategori Narkoba Paling Berbahaya

Presiden majelis menyebut sesi itu sebagai ujian untuk multilateralisme. Ia mengatakan, yang harus dilakukan dunia adalah memastikan akses yang adil dan merata kepada vaksin Covid-19 dan bekerja sama untuk melindungi negara-negara yang paling rentan.  

Dunia juga harus memastikan sumber daya yang memadai untuk pemulihan ekonomi dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil menjamin hak asasi manusia dan tidak merusak lembaga-lembaga demokrasi.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, sejak awal krisis Covid-19 awal tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia memberikan informasi faktual dan rekomendasi yang seharusnya menjadi dasar untuk respons global yang terkoordinasi. Namun sayangnya, banyak rekomendasi yang tidak diikuti, dan beberapa negara bahkan mengabaikan atau menolak panduan tersebut.

“Dan ketika negara-negara menuju ke arah mereka sendiri, virus menuju ke segala arah,” ujar Sekjen PBB.

“Hampir setahun setelah pandemi, kami menghadapi tragedi kemanusiaan, tragedi kesehatan masyarakat, darurat kemanusiaan dan pembangunan. Untuk pertama kalinya sejak 1945, seluruh dunia dihadapkan pada ancaman bersama, tanpa memandang kebangsaan, etnis, atau keyakinan. Dampak sosial dan ekonomi dari pandemi sangat besar dan terus berkembang," kata Guterres.

Baca Juga: Indonesia Perjuangkan Resolusi PBB untuk Lindungi Pelaut di Tengah Masa Pandemi

Sementara vaksin mungkin baru tersedia dalam beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan, Sekjen PBB menekankan bahwa vaksin tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah membuat tekanan selama bertahun-tahun, bahkan mungkin masih akan berlanjut hingga beberapa dekade yang akan datang.

Dia menunjuk pada meningkatnya jumlah orang yang menghadapi kemiskinan ekstrim, ancaman kelaparan yang membayangi dan prospek resesi global terbesar dalam delapan dekade.

Guterres mengatakan, dampak ini bukan karena Covid-19 saja, tetapi merupakan hasil dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan jangka panjang yang terpapar oleh pandemi yang harus ditangani.

Dia menyambut baik langkah-langkah untuk membantu negara-negara berkembang, tetapi mengatakan langkah-langkah itu sama sekali tidak cukup untuk menyelesaikan krisis ini. Ia mencatat banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, dipaksa untuk memilih antara menyediakan layanan dasar untuk rakyat atau membayar hutang.

“Mereka membutuhkan dukungan segera untuk mencegah krisis likuiditas," katanya.

Guterres sangat mendukung ACT-Accelerator WHO untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin yang mencakup Covax, sebuah proyek global yang ambisius namun bermasalah untuk membeli dan mengirimkan vaksin bagi orang-orang termiskin di dunia.

Sesi khusus selama dua hari tersebut tidak akan mengumpulkan dana untuk membiayai vaksin atau mengambil tindakan politik apapun, juga tidak akan ada deklarasi akhir. Di akhir acara, hanya akan ada dokumen ringkasan dari Bozkir.

Baca Juga: Sekjen PBB di KTT ASEAN: Krisis Merupakan Kesempatan Untuk Bekerja Sama

"Poin sebenarnya dari sesi khusus ini adalah untuk menggalang tindakan nyata untuk mendekati tanggapan kita terhadap Covid-19 secara multilateral dan kolektif," kata juru bicara Majelis Umum Brenden Varma, Rabu.

Dia menambahkan saat ini ada banyak tanggapan terhadap pandemi, tetapi yang dibutuhkan sekarang adalah menyatukan semua negara, selaku anggota PBB, sektor swasta, dan pengembang vaksin.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU