> >

Inggris Tunjuk Menteri Vaksin Untuk Kawal Penyuntikan Vaksin Covid-19

Kompas dunia | 28 November 2020, 23:31 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tengah mengamati sampel vaksin di Salisbury, Inggris selatan. Foto diambil pada 27 November 2020. (Sumber: AP Photo / Adrian Dennis)

LONDON, KOMPAS.TV – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson menunjuk Nadhim Zahawi sebagai Menteri Vaksin pada Sabtu (28/11) untuk mengawasi penyuntikan vaksin Covid-19 bagi jutaan rakyat Inggris. Proses penyuntikan vaksin dalam program vaksin terbesar Inggris ini diperkirakan akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.

Regulator obat-obatan Inggris saat ini tengah mempertimbangkan dua vaksin – satu yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, dan lainnya oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca – untuk melihat apakah mereka aman dan efektif. Surat kabar The Guardian melaporkan, rumah sakit di Inggris telah diberi tahu bahwa mereka akan menerima dosis pertama vaksin Pfizer pada 7 Desember mendatang, jika vaksin itu sudah disetujui.

Associated Press melansir, para pekerja kesehatan yang berada di garis depan dan penghuni panti jompo akan menjadi gelombang pertama penerima vaksin, diikuti oleh para warga lanjut usia yang berusia di atas 80 tahun.

Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Melakukan Isolasi Mandiri

Inggris telah memesan 40 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech yang cukup bagi 20 juta orang, dan 100 juta dosis vaksin Oxford/AstraZeneca.

Secara keseluruhan, pemerintah Inggris setuju untuk membeli hingga 355 juta dosis vaksin dari 7 pembuat vaksin berbeda. Keputusan ini diambil di tengah persiapan pemerintah Inggris menyuntik sebanyak mungkin orang dari total 67 juta warganya.

Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan independen akan memutuskan vaksin mana yang akan diotorisasi.

Pfizer dan BioNTech menyatakan vaksin mereka 95% efektif melawan Covid-19, namun harus disimpan dalam suhu teramat dingin, di bawah 70 derajat Celcius.

Sementara, vaksin Oxford/AstraZeneca dapat disimpan dalam suhu standar lemari es. Harganya pun terbilang lebih murah dari harga vaksin pesaingnya. Namun, para ilmuwan mempertanyakan kesenjangan dalam hasil laporan mereka.

Pekan ini, Oxford dan AstraZeneca melaporkan bahwa vaksin produksi mereka tampaknya 62% efektif pada mereka yang menerima dua dosis, dan 90% efektif pada relawan yang menerima setengah dosis dan dilanjutkan dengan dosis penuh. Pemberian setengah dosis vaksin tersebut diakui Oxford dan AstraZeneca sebagai akibat kesalahan produksi, dan mereka berencana mengadakan uji klinis baru untuk mendapatkan dosis paling efektif.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU