> >

Charlie Hebdo, Bangga Memprovokasi Islam Meski Aksi Kekerasan Akibatnya

Kompas dunia | 30 Oktober 2020, 03:24 WIB
Polisi Prancis berjaga setelah kasus penusukan di depan bekas kantor Charlie Hebdo, Paris, Prancis, Jumat (25/9/2020). (Sumber: AP Photo)

PARIS, KOMPAS.TV – Meski berulang kali diserang atas penerbitan karikatur-karikatur kontroversial, namun surat kabar Charlie Hebdo rupanya tak kapok mengolok-olok Islam.

Kritik dari seluruh dunia menyebut bahwa staf editorial harian yang gemar menyindir ini tengah menyerang Islam; sementara orang-orang yang berada di balik Charlie Hebdo menyebut aksi kekerasan yang tengah terjadi sebagai intoleransi, penindasan dan bentuk politis dari Islam yang mengancam demokrasi.

Menjunjung kebebasan berekspresi sebagai filosofinya, Charlie Hebdo kerap menerbitkan karikatur seksual vulgar yang menyinggung hampir semua orang. Ini juga berarti Charlie Hebdo tengah menekan hukum ujaran kebencian Prancis pada batasnya.  

Baca Juga: Erdogan Dihina Charlie Hebdo, Turki Akan Lakukan Langkah Hukum

Lewat karikatur-karikaturnya, Charlie Hebdo telah mengejek anak imigran yang tewas, para korban Covid-19, para pencandu narkoba yang sekarat, para pemimpin dunia, Paus, para uskup, pemimpin Yahudi dan banyak sosok lain dari beragam kalangan, baik agama, politis maupun dunia hiburan.

Keputusan Charlie Hebdo untuk menerbitkan kartun baru pekan ini yang mengejek lawan mereka di dunia Islam, kembali menyulut aksi kekerasan yang terjadi di gereja Notre Dame di Nice, Prancis. Charlie Hebdo menerbitkan kartun pemakaman sang guru sejarah yang tewas dipenggal: para petugas mengusung dua peti, satu berisi jenazah, dan satu peti lagi berisi kepala sang guru.

Sejak sidang atas kasus penyerangan terhadap Charlie Hebdo di tahun 2015 yang menewaskan 12 kartunis digelar bulan lalu, harian ini mendedikasikan hampir setengah dari sampul mingguannya untuk mencemooh teroris.

“Kami butuh aksi-aksi nyata untuk menghentikan Islamisme, juga untuk mengutuk sikap, intoleransi dan ujaran kebencian terhadap para imigran Prancis. Karena Prancis tidaklah terbagi atas muslim dan non-muslim, para penganut keyakinan dan agnostik, antara orang Prancis tulen dan imigran Prancis,” demikian editorial yang ditulis oleh Riss sang editor Charlie Hebdo. “Prancis terbagi antara kaum demokrat dan anti-demokrat.”

Baca Juga: Penusukan di Bekas Kantor Charlie Hebdo Dianggap Tindakan Terorisme

Sirkulasi harian ini terhitung kecil, dan banyak orang Prancis sendiri menganggap Charlie Hebdo menjijikkan atau ekstrim, namun harian ini teguh mempertahankan haknya untuk tetap eksis.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU