> >

Pemimpin Negara-Negara Islam Bersuara Tentang Sikap Prancis

Kompas dunia | 29 Oktober 2020, 03:38 WIB
Seorang perempuan di Iran ikut berdemonstrasi untuk mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron di depan Kedutaan Besar Prancis di Teheran, Rabu (28/10/2020). (Sumber: Associated Press)

KOMPAS.TV - Sikap keras Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Islam, memicu protes anti-Prancis di negara-negara Muslim di seluruh dunia.

Aksi yang memprotes Macron dan Prancis terjadi di banyak negara muslim. Dalam aksi ini mereka menyerukan untuk memboikot barang-barang Prancis.

Tidak hanya dari kalangan rakyat biasa, pemimpin-pemimpin negara muslim di dunia pun turut berbicara mengenai masalah ini.

Ulama terkemuka di Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb, yang juga merupakan Imam Besar Al-Azhar, mengutuk pembunuhan guru di Paris. Ia menyebut pembunuhan itu sebagai "pembunuhan yang menjijikkan dan menyakitkan".

Namun demikian, dia mengatakan bahwa menyinggung Islam dan Muslim telah dijadikan alat untuk memobilisasi suara.

Baca Juga: Pejabat Turki Kecam Karikatur Erdogan yang Diterbitkan Charlie Hebdo

Dia menyebut kartun ofensif yang menggambarkan Muhammad ini sebagai "permusuhan terang-terangan terhadap agama yang mulia dan nabinya."

Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi mengatakan bahwa menyinggung nabi merusak nilai-nilai tinggi yang dipercayai banyak Muslim.

“Kami juga memiliki hak, yaitu hak untuk tidak dilukai perasaannya dan hak agar orang lain tidak menyinggung nilai-nilai kita, "katanya seperti dilansir dari the Associated Press.

Berbicara pada pertemuan Kabinet, Presiden Iran Hassan Rouhani juga ikut bersuara.

"Jika Eropa dan Prancis meminta hak, etika dan budaya, mereka (dihormati), mereka juga harus menarik diri dari intervensi dalam urusan Muslim," kata Rouhani.

Baca Juga: Charlie Hebdo Terbitkan Kartun yang Mengejek Erdogan

Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menulis surat kepada para kepala negara Muslim yang mengungkapkan keprihatinannya atas ejekan-ejekan terhadap Nabi Muhammad.

Khan menulis bahwa diskriminasi terselubung dan terbuka terhadap Muslim tersebar luas di Eropa.

"Saya percaya kepemimpinan di negara-negara ini (Eropa), sering bertindak karena kurangnya pemahaman akan hasrat, cinta dan pengabdian mendalam yang dimiliki muslim di seluruh dunia untuk Nabi mereka," tulisnya.

Imran Khan mendesak para pemimpin muslim untuk mengambil inisiatif untuk bersuara, guna mengakhiri siklus kebencian dan kekerasan ini.

Di kota Yerusalem di Tepi Barat, para pemimpin Muslim dan Kristen memimpin demonstrasi antaragama yang langka untuk mengecam pembelaan Macron atas penerbitan kartun tersebut.

Sekitar 50 orang, termasuk puluhan pejabat dan pejabat setempat, berkumpul di depan Gereja Kelahiran Yesus.

Baca Juga: Warga Palestina di Tepi Barat Bakar Foto Emmanuel Macron

Uskup Agung Ortodoks Yunani Atallah Hanna mengatakan pertemuan itu dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang kuat dari Tanah Suci bahwa kami orang Palestina, Kristen dan Muslim, menolak kebencian dan rasisme.

Mereka menyerukan persaudaraan, perdamaian dan cinta.

Di sisi sebaliknya, juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal mengatakan negara itu tidak akan mundur dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai upaya destabilisasi dan intimidasi.

"Prancis tidak akan pernah melepaskan prinsip dan nilainya, dan terutama kebebasan berekspresi dan kebebasan publikasi," kata Attal.

"Itu adalah komentar kebencian terhadap jurnalis dan terhadap ruang berita yang menyebabkan pertumpahan darah. Kami melihat hal ini dalam beberapa tahun terakhir di negara kami," katanya.

Pada tahun 2015 lalu, terjadi serangan mematikan terhadap Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang karyawan di majalah itu.

Serangan terjadi setelah majalah tersebut menerbitkan publikasi yang dianggap menghina Islam.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV

Tag

TERBARU