> >

Studi Menunjukkan Hubungan Antara Virus Corona dengan Demam Berdarah

Kompas dunia | 22 September 2020, 07:34 WIB
Ilustrasi foto mikroskopik virus corona (Sumber: TRIBUNNEWS.COM)

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.TV - Sebuah studi terbaru di Brazil, menghasilkan analisis yang mengejutkan. Dalam sebuah menganalisis wabah virus corona di negara samba, ditemukan hubungan antara penyebaran virus dan wabah demam berdarah di masa lalu. Hasil studi menunjukkan, paparan penyakit yang ditularkan nyamuk dapat memberikan tingkat kekebalan terhadap Covid-19.

Melansir Reuters, studi yang belum dipublikasikan tersebut dipimpin oleh Miguel Nicolelis, seorang profesor di Duke University. Hasil riset ini dibagikan secara eksklusif kepada Reuters. Riset tersebut membandingkan distribusi geografis kasus virus corona dengan penyebaran demam berdarah pada 2019 dan 2020.

Menurut Nicolelis, tempat-tempat dengan tingkat infeksi virus corona yang lebih rendah dan pertumbuhan kasus yang lebih lambat di Brazil, adalah lokasi-lokasi yang sebelumnya telah menderita wabah demam berdarah hebat pada tahun ini atau tahun lalu.

"Penemuan yang mengejutkan ini meningkatkan kemungkinan menarik dari reaktivitas silang imunologis antara serotipe Flavivirus dengue dan SARS-CoV-2," kata studi tersebut, merujuk pada antibodi virus dengue dan novel coronavirus.

"Jika terbukti benar, hipotesis ini dapat berarti bahwa infeksi demam berdarah atau imunisasi dengan vaksin dengue bisa menghasilkan beberapa tingkat perlindungan imunologis terhadap virus corona," tambahnya.

Nicolelis mengatakan bahwa hasil tersebut sangat menarik karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang dengan antibodi demam berdarah dalam darah mereka dapat terbukti positif palsu untuk antibodi Covid-19, meskipun mereka tidak pernah terinfeksi oleh virus corona.

"Ini menunjukkan bahwa ada interaksi imunologis antara dua virus yang tidak dapat diduga oleh siapa pun, karena kedua virus tersebut berasal dari keluarga yang sama sekali berbeda," kata Nicolelis. Namun demikian, ia mengatakan, perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan tersebut.

Studi ini menyoroti korelasi yang signifikan antara insiden, kematian, dan tingkat pertumbuhan Covid-19 yang lebih rendah pada populasi di Brasil di mana tingkat antibodi terhadap demam berdarah lebih tinggi.

Data Reuters menunjukkan, Brasil memiliki total infeksi Covid-19 tertinggi ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan India, dengan lebih dari 4,4 juta kasus.

Di negara bagian seperti Paraná, Santa Catarina, Rio Grande do Sul, Mato Grosso do Sul dan Minas Gerais, dengan kasus demam berdarah yang tinggi tahun lalu dan awal tahun ini, Covid-19 membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tingkat penularan komunitas yang tinggi dibandingkan ke negara bagian seperti Amapá, Maranhão dan Pará yang memiliki lebih sedikit kasus demam berdarah.

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU