Vaksin Covid-19 dari Rusia Mampu Tunjukan Respons Imun
Kompas dunia | 5 September 2020, 13:05 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Para ilmuwan Rusia, telah menerbitkan laporan pertama tentang vaksin Covid-19 buatan mereka.
Pada vaksin bernama Sputnik-V tersebut menunjukkan tanda-tanda terjadinya respons imun setelah dilakukan uji coba.
Media medis, The Lancet melaporkan semua sukarelawan yang menggunakan vaksin, mampu menciptakan antibodi untuk melawan virus Corona.
Baca Juga: Katak Kantong Buah Zakar Terancam Punah, Situs Porno Ini Galang Dana untuk Pelestarian
Selain itu, efek samping dari penggunaan vaksin tersebut tidak berbahaya. Rusia sendiri sudah menerbitkan lisensi untuk vaksin itu pada Agustus ini.
Tetapi, hal itu hanya untuk penggunaan vaksin hanya di negara tersebut.
Rusia menjadi negara pertama yang mengunakan vaksin Covid-19, bahkan sebelum data-datanya dipublikasikan.
Baca Juga: Nekat, Wanita Ini Buka Pintu Darurat di Pesawat karena Kegerahan
Meski begitu, seperti dikutip BBC, para ahli mengungkapkan hasil dari uji coba itu masih cukup kecil dalam menunjukkan efektivitas dan keamanan.
Namun, pihak Rusia berpikir sebaliknya. Moskow memuji hasil dari uji coba vaksin Covid-19 itu sebagai jawaban atas kritikan.
Sebelumnya, peneliti dari barat mengkhawatirkan cepatnya pembuatan vaksin Covid-19 yang dilakukan Rusia.
Mereka berpendapat para ilmuwan dari negara Eropa Timur itu melakukan pemangkasan agar bisa cepat selesai.
Baca Juga: Tanggapi Normalisasi UEA-Israel, Presiden Palestina Ingin Hamas dan Fatah Berdamai
Tetapi Presiden Rusia, Vladimir Putin pada bulan lalu mengungkapkan vaksin tersebut telah lulus dari semua pemeriksaan.
Dia juga mengaku telah menggunakan vaksin tersebut untuk salah satu putrinya.
Percobaan terhadap vaksin Covid-19 itu sudah dilakukan antara Juni dan Juli, serta melihatkan 38 sukarelawan.
Baca Juga: Unjuk Rasa Penayangan Kartun Nabi Muhammad, Bendera Prancis Dibakar
Mereka saat diberikan sejumlah dosis vaksin dan tambahan vaksin pada tiga pekan kemudian.
Para sukarelawan yang berusia antara 18 hingga 60 tahun, dimonitor selama 42 hari dan mereka semua mampu menciptakan antibadi dalam waktu tiga pekan.
Efek samping yang paling sering dialami adalah sakit kepala dan nyeri pada persendian.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV