> >

3 Tips Ampuh Kendalikan Kebohongan dan Cerita Jane Toppan Perawat Pencabut Nyawa

Tips, trik, dan tutorial | 15 Maret 2022, 11:27 WIB
Ilustrasi. Kebohongan terkadang dilakukan untuk menutupi kekurangan diri sendiri agar orang lain kagum, atau untuk mendapatkan simpati dari orang lain. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kebohongan terkadang dilakukan untuk menutupi kekurangan diri sendiri agar orang lain kagum, atau untuk mendapatkan simpati dari orang lain.

Hampir semua orang pernah melakukan kebohongan, baik besar maupun kecil. Bahkan ada juga orang yang terus menerus berbohong.

Melansir situs Dawn, suatu kebohongan bisa memicu kebohongan lainnya. Hal itu tentu saja dapat menguras energi dan pikiran, sehingga kebohongan itu akhirnya saling kontradiktif.

Untuk menguranginya, ada tiga tips yang dapat dilakukan. Tips-tips ini dapat berguna apabila kita terus mempraktikkannya.

Berpikir Sebelum Berbohong

Melansir Healthline, perilaku berbohong memiliki beragam jenis. Ada white lies, kebohongan besar, dan kebenaran yang rumpang.

Untuk itu, sebelum berbohong kita harus memikirkan alasannya terlebih dahulu. Apabila berada dalam situasi terancam, kita bisa melakukan white lies.

Namun, apabila berada di dalam situasi tenang, berbohong bisa menjadi malapetaka.

Baca Juga: Orang Tua Kurang Berhubungan Intim Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental Anak

Pikirkan konsekuensinya sebelum melakukan kebohongan. Misalnya jika ketahuan bahwa capaian yang kita peroleh tak setinggi yang kita gembar-gemborkan, bisa menyebabkan orang lain tak mau lagi percaya dan menjauhi kita.

Contoh lain adalah berbohong saat menyelingkuhi pasangan. al itu bisa menyebabkan retaknya hubungan dan perilaku itu bisa menjadi kebiasaan yang buruk. Bisa saja, kita dikenal sebagai tukang selingkuh oleh orang lain.

Praktik Berbicara Jujur secara Konstan

Tips kedua adalah berusaha untuk berkata jujur sesulit apa pun situasinya.

Bagi seorang pembohong akut, hal ini sangat sulit dilakukan. Namun, tak ada salahnya untuk mencoba secara perlahan agar orang-orang kembali percaya pada kita.

Saat ingin berbohong, tutuplah mulut dan pejamkan mata untuk berpikir sejenak. Setelah itu, tenangkan diri dan mulailah berkata jujur. Sertakan juga bukti konkret yang mendukung perkataan kita.

Apabila masih kesulitan, sebaiknya kita meminta bantuan profesional, misalnya psikolog atau psikiater.

Hal itu menandakan bahwa kebohongan kita sudah digolongkan sebagai kebiasaan yang sulit dihilangkan. Bisa saja selama ini kita menderita mitomania.

Terima Diri Apa Adanya

Di dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna. Banyak orang yang berbohong untuk membuat dirinya terlihat lebih hebat. Padahal, hal itu adalah suatu kesia-siaan karena setiap kebohongan pasti bisa terbongkar cepat atau lambat.

Baca Juga: Belajar Tentang Kesehatan Mental Lewat Podcast Anyaman Jiwa

Terima diri apa adanya dan berusahalah untuk mencintai segala kelebihan dan kekurangan kita.

Dengan menerima, tak akan muncul lagi perasaan bahwa kekurangan diri adalah hal buruk yang harus ditutup-tutupi. Justru, kekurangan bisa membawa warna dan tantangan pada hidup.

Cerita Jane Toppan Perawat Pencabut Nyawa

Perilaku sering berbohong dapat menjadi tanda bahwa orang tersebut memiliki gangguan psikologis, seperti yang terjadi pada Jane Toppan.

Jane Toppan adalah seorang perawat yang merupakan pembunuh berantai. Dia melakukan berbagai kebohongan untuk menutupi aksi sadisnya.

Kisahnya diceritakan lengkap dalam siniar Tinggal Nama bertajuk "Jane Toppan: Sang Perawat Pencabut Nyawa [Pt.2]".

Toppan dikisahkan memalsukan sertifikat perawatnya agar bisa terus menjadi perawat dan mencari korban baru untuk memuaskan hasrat kejinya.

Bahkan, setelah menyiksa korbannya, ia kerap berbohong hingga akhirnya semua pasiennya tewas.

Ingin tahu bagaimana dampak dari kebohongan yang Jane Toppan lakukan? Segera dengarkan dan ikuti siniar Tinggal Nama agar kalian menemukan jawabannya! (Alifia Putri Yudanti & Ikko Anata)

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU