> >

Tips Atur Pengeluaran bagi Generasi Sandwich yang Rentan Terpaan Masalah Keuangan

Tips, trik, dan tutorial | 21 November 2021, 17:42 WIB
Ilustrasi kehidupan generasi sandwich. Tak dapat dipungkiri, generasi sandwich memang rentan tertimpa masalah keuangan. Sehingga, penting rasanya untuk memahami tips mengatur pengeluaran sebagai salah satu solusinya. (Sumber: Shutterstock)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Generasi sandwich merupakan sebutan bagi orang yang sedang berada di posisi sebagai penopang hidup dua generasi, baik di atas maupun bawahnya.

Oleh sebab itu, tak dapat dipungkiri bahwa masalah keuangan menjadi tantangan tersendiri bagi para generasi sandwich.

Menurut perencana finansial Ike Noorhayati Hamdan, problem keuangan yang dihadapi generasi sandwich kebanyakan bukan terletak pada pemasukan yang kurang, namun pengeluaran berlebih.

Ike menjelaskan, salah satu penyebab membengkaknya biaya pengeluaran adalah gaya hidup pribadi maupun keluarga yang menguras kantong.

Baca Juga: Menjadi Generasi Sandwich dalam Islam, Berkah atau Beban?

"Kalau orang tua sudah bilang, 'Apa kata orang, kok kita enggak ikut arisan atau kok enggak ganti mobil padahal baru naik pangkat?' maka jebol sudah (tabungan)," kata Ike dikutip dari Kompas.com, Minggu (21/11/2021).

"(Padahal) mengongkosi 'apa kata orang' itu mahal. Berapa pun penghasilannya pasti akan terus kebobolan," imbuhnya.

Maka dari itu, Ike selalu menekankan, betapa pentingnya mengatur pengeluaran secara ketat dan terperinci kepada klien-kliennya, terutama para generasi sandwich.

Ike sendiri memiliki saran berupa sebuah skema khusus yang dapat diterapkan untuk membagi porsi dari setiap jenis pengeluaran.

Baca Juga: Biar Tak Bingung, Ini Tipe-tipe dan Karakteristik Generasi, Milenial hingga Gen Z

Tips Membagi Pengeluaran bagi Generasi Sandwich

  • 40 persen pendapatan untuk biaya hidup keluarga
  • 30 persen untuk pengeluaran produktif dan konsumtif
  • 20 persen untuk investasi
  • 10 persen untuk pengeluaran lain-lain

Sebagai tambahan, Ike mengimbau, pengeluaran untuk membantu orang tua dan keluarga bisa dimasukkan ke dalam porsi pengeluaran produktif atau yang lain.

"Kalau di sini naik, pengeluaran yang di sana mesti ditekan, terutama pengeluaran gaya hidup yang besar tapi jarang dihitung," papar Ike.

Pemahaman semacam ini, lanjut Ike, sebetulnya harus dimiliki oleh semua pihak yang berada dalam suatu keluarga atau rumah tangga.

Tak hanya si tulang punggung keluarga, pasangan, orang tua, anak, adik atau kakak, dan kerabat yang lain juga mesti paham.

"(Tapi) yang terjadi sekarang, banyak orang mengalami mobilitas kelas sosial karena ekonomi membaik, tapi tidak diiringi dengan pengetahuan bagaimana mengatur uang," tandas Ike.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas.com


TERBARU