> >

Perdebatan Anti-rokok vs Pembela Rokok Munculkan Istilah Whataboutisme, Apa Itu?

Viral | 5 Oktober 2021, 13:41 WIB
Ilustrasi perilaku Whataboutisme (Sumber: merriam-webster.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perdebatan pembela rokok vs kesehatan menjadi semkin menarik, terlebih setelah melahirkan istilah yang mungkin asing di telinga beberap orang, yakni 'whataboutisme'.

Sebelumnya, untuk menyegarkan ingatan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan getol mengampanyekan anti-rokok. Bahkan, Anies mengeluarkan Seruan Gubernur (Sergub) DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pembinaan Kawasan Merokok.

Lewat seruan itu, Anies meminta bawahannya untuk menutupi iklan dan display rokok yang ada di fasilitas publik.

Langkah Anies pun memantik obrolan dan banyak kicauan di Twitter, karena kampanye anti rokok itu disandarkan dengan efek kesehatan.

Kampanye tersebut lalu mendapat respon dari mereka yang pro-rokok. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa kesehatan bergantung pada diri masing-masing.

Menurut mereka yang pro-rokok, jika pelarangan rokok karena didasarkan pada efek kesehatan, maka gula juga mestinya dilarang. Karena gula juga termasuk pembunuh paling ganas di dunia.

Baca Juga: Wagub DKI Benarkan Anies Surati Bloomberg soal Kampanye Anti-Rokok, tapi Bantah Tuduhan Minta Dana

Pembelokan pembahasan dari bahaya rokok ke bahaya gula itu kemudian oleh Ismail Fahmi, Founder of Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, disebut sebagai 'whataboutisme'.

Ismail bilang, "SOP para Pembela Rokok Setiap kali ada pembahasan tentang rokok, iklan rokok, display rokok dll, maka otomatis mereka akan belok ke topik lain, yaitu: GULA," tulis Ismail di akun Twitternya, dilansir Kompas TV pada Selasa (5/10/2021).

"Sudah hapal SOP-nya begitu sejak dulu. Whataboutism," kata Ismail.

Baca Juga: Memerangi Peredaran Rokok Ilegal dengan Sosialisasi UU Tentang Cukai

Belakangan, ketiak dihubungi, Ismail menjelaskan apa yang ia maksud 'whataboutisme'. Ia mengatakan, istilah tersebut adalah retorika yang membelokkan pembahasan, tentang rokok berbahaya, ke gula berbahaya. "Biar kita ndak lagi membahas rokok," kata dia.

"Pembahasan gula berbahaya penting, tetapi tidak relevan dengan topik soal rokok," tambah Ismail.

Pada cuitan Ismail soal perdebatan anti-rokok dengan pro-rokok memunculkan 'whataboutisme'. Lalu apa sebenarnya istilah itu? Apa yang dimaksud 'whataboutisme'?

Istilah 'whataboutism' secara diksi berasal dari dua kata, 'What' dan 'About'. Kalau dilihat dalam Oxford Dictionaries, 'whataboutism' merujuk pada sebuah teknik retorika untuk membelokkan tudingan yang disampaikan oleh orang lain.

Kata kuncinya adalah 'whataboutisme' adalah teknik retorika.

Taktik retorika pembelokan kritik itu pertama kali muncul saat perang dingin antara Uni Soviet dengan negara barat. Istilah itu merebak di Rusia pasca-Soviet, ketika sedang membahas hak asasi manusia. 

Kala ditanyai mengenai hak asasi manusia, maka pembalasannya adalah 'What About? (bagaimana dengan)..' dengan menyertakan contoh isu yang tengah ramai, namun tidak relevan.

Saat itu, 'whataboutisme' dijadikan propaganda Rusia dengan tujuan mengaburkan kritik terhadap negara Rusia dan menurunkan kualitas percakapan dari kritik yang masuk akal terhadap Rusia menjadi perselisihan sepele.

Sejumlah pemimpin Rusia mengadopsi praktik 'whataboutisme' Soviet untuk menghindari refleksi internal terhadap kritik eksternal dan menyoroti kesalahan negara-negara lain. 

Menurut Merriam-Webster dalam sebuah artikelnnya berjudul What about 'whataboutism'? retorika 'whataboutisme' pada umumnya dianggap sebagai bentuk tu quoque yang artinya 'Kamu Juga'. 

Dari bahasa latin tersebut, 'whataboutisme' dianggap sebagai kekeliruan logika karena benar tidaknya pendapat si penuduh, tidak ada kaitannya dengan isu yang tengah dibahas. 

Selain itu, taktik tersebut juga dilakukan untuk mengaburkan fakta-fakta yang tengah dipertanyakan.

'Whataboutisme' adalah pembelokan tudingan tersebut seringkali dengan mengangkat isu yang tidak setara. Selain itu, 'whataboutisme' masuk ke dalam kategori kesalahan logika. Atau mungkin kita sering dengar politis berdebat dengan istilah tidak 'apple to apple'.

Baca Juga: Menteri Risma Tegaskan Bantuan Sosial Bukan untuk Beli Rokok

Di beberapa kalimat, tulisan ini mengalami revisi dan penambahan pada paragraf 11 dan 12. Penambahan tersebut menyoal 'whataboutisme' yang dimaksud Ismail dalam konteks pembahasan rokok. 

Penulis : Hedi Basri Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU