> >

Sejarah Hari Ini, 17 Juni 157 Tahun Lalu, Jalur Kereta Pertama di Indonesia Dibangun

Arsitek dan bangunan | 17 Juni 2021, 06:30 WIB
Salah satu Kereta Jarak Jauh milik PT Kereta Api Indonesia (Sumber: kai.id)

SOLO, KOMPAS.TV-  Hari ini 157 tahun lalu, tepatnya 17 Juni 1864, pembangunan jalur kereta api pertama di Pulau Jawa atau Hindia Belanda saat itu diresmikan oleh Gubernur Jenderal Sloet van de Beele.

Ya, lebih dari 1,5 abad silam,  sejarah perkeretaapian  di Indonesia dimulai dengan pembangunan  jalur kereta api pertama di Pulau Jawa itu.

Seperti dikutip dari  laman kai.id, Kamis (17/6/2021), sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.

Kala itu pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.

Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada 8 April 1875 dengan rute pertama meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.

Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Baca Juga: Kereta Api Ekonomi Dulu dan Sekarang

Ternyata, selain di Pulau Jawa, pembangunan jalur kereta api juga dilakukan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. 

Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). 

Baca Juga: DISHUB Sosialisasikan Jalur Rel Kereta Api

Suasana kesibukan pembangunan jaur kereta api Semarang-Tanggung. (Sumber: Koleksi Album NISM via kai.id)

Saat itu pula, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka.

Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.

Puncaknya pengambilalihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung, 28 September 1945  (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). 

Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan 
dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).

Baca Juga: Simak Syarat Pembatalan Tiket Kereta Api Terbaru, Mulai Berlaku Besok, 18 Mei 2021

Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. 

Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air. 

Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.

Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009),  PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

Jalur kereta api Surabaya-Pasuruan sepanjang 63 km menjadi jalur kereta api pertama milik perusahaan Negara Staatssporwegen (SS). (Sumber: Sumber: media-kitlv.nl via kai.id)

Sementara itu, melansir Kompas.com, 2 Oktober 2010, jalur kereta api di Pulau Jawa khususnya Yogyakarta memang menjadi tulang punggung mobilitas warga.

Letaknya yang strategis untuk pertahanan dan demi kelancaran eksploitasi sumber-sumber ekonomi menjadi alasan utama investasi besar itu.

Di Yogyakarta, selain jalur kereta api yang masih aktif saat ini, terdapat tiga jalur jarak pendek yang dulu merupakan andalan transportasi warga, mobilisasi militer, dan pengangkutan industri gula. Ketiga jalur itu adalah Ngabean (kota)-Palbapang (Bantul)- Sewugalur (Kulon Progo), Ngabean-Pundong (Bantul), dan Yogyakarta- Magelang-Parakan yang bercabang juga ke Ambarawa.

Baca Juga: Pasca Pandemi PT. KAI Akan Kembangkan Kereta Api Pariwisata

Jalur-jalur yang dibangun Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (perusahaan KA pertama di Indonesia) periode 1895-1919 itu sudah lama mati. Rute Ngabean-Pundong sepanjang 27 kilometer (km) dan ruas Palbapang-Sewugalur (15 km) dibongkar militer Jepang tahun 1943 untuk dipindah di luar negeri untuk pembangunan jaringan KA, seperti di Thailand dan Myanmar.

Ruas Ngabean-Palbapang (14,6 km) dan Yogyakarta-Magelang (46,8 km) bertahan lebih lama hingga dekade 1970-an setelah kalah bersaing dengan transportasi massal jalan raya (bus dan angkutan darat) yang mulai berkembang. Masa kejayaan KA rute pendek di DIY pun berakhir.

"Karena tidak menguntungkan lagi, kedua jalur itu ditutup sekitar tahun 1976-1978. Terakhir, rute Yogyakarta-Magelang digunakan untuk pengangkutan taruna Akademi Militer di Magelang pada tahun 1976," kata Kepala Humas PT KA Daerah Operasi VI Yogyakarta Eko Budiyanto saat itu.

Sebagian sisa kejayaan masa lampau, KA itu kini masih terlihat dari bangunan bekas stasiun, seperti di Ngabean yang sekarang menjadi area parkir wisata.

Beberapa stasiun lain juga beralih fungsi menjadi kantor tentara, pos polisi, warung makan, taman kanak- kanak, hingga posyandu.

Baca Juga: Kisah Masinis PT KAI Selama Bulan Ramadhan hingga Rayakan Lebaran di Atas Kereta Api

Penulis : Gading Persada Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU