> >

Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi, Cerpen Kuntowijoyo yang Masih Relevan hingga Kini

Seni budaya | 25 Juli 2023, 19:42 WIB
Buku kumpulan cerpen Kuntowijoyo. (Sumber: Kompas TV/Iman Firdaus)

Namun saat sampai di rumah, Sutarjo malah mendapatkan makian isterinya. "Saya kira engkau dhedel-dhuwel luar dalam, Mas. Akhirat tidak, dunia gagal. NU bukan, Muhammadiyah mboten. Politikus bengkok-bengkok melesat, orang agama jalan lurus urung," komentar isterinya.

Tapi Sutarjo menghibur diri. "Saya dikalahkan oleh kecurangan," katanya.

Kini bola ada di tangan penasihat politik Sutarjo. Dia memutar otak bagaimana kekalahan Sutarjo bisa jadi kemenangan. "Jangan sedih, ada caranya membalikkan sebuah kekalahan menjadi sebuah kemenangan," katanya.

Maka dibuatlah agenda rujuk desa, mengundang LKMD, masyarakat, anak muda dan mahasiswa untuk makan-makan dan pidato. Undangan pun diedarkan. Tapi yang datang hanya para pendukung Sutarjo saja hingga acara usai. Dia tidak tahu bahwa kubu sebelah pun sedang mengadakan pesta kemenangan di balai desa. 

Kepada penasihat politiknya, Sutarjo mengeluh, "Kok malah runyam begitu?"

"Ya itulah politik. Sekali menang, sekali kalah. Sekali timbul, sekali tenggelam. Sekali datang, sekali pergi. Begitu ritmenya, tanpa henti. Hadapi ritme dengan humor tinggi. Jangan kalau menang senang, kalau kalah susah. Berbuatlah sesuatu hanya pada waktu yang tepat. Ketika momentumnnya datang, pada saatnya. Kalau bisa, ciptakan momentum itu, tapi jangan ngengge mangsa (terlalu cepat), tapi juga jangan terlambat," komentar sang penasihat enteng.


               

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU