> >

Psikolog Sebut Love Language Seseorang Bisa Jadi Ekspresi Trauma Masa Kecil

Lifestyle | 14 Februari 2023, 05:37 WIB
Ilustrasi bahasa cinta (Sumber: Freepik/Raw Pixel)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Love language atau bahasa cinta kemungkinan bisa terbentuk dari luka atau trauma masa kecil.

Psikolog Klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Irma Gustiana menjelaskan hal ini dikarenakan kebutuhan kasih sayang yang tidak tercukupi di masa kecil sehingga bisa terbawa sampai dewasa.

“Kebutuhan ia di masa kecil tidak tercukupi sehingga terbawa hingga dewasa, dan itu di alam bawah sadarnya,” ujar Irma dalam lokakarya di Jakarta, Senin (13/2/2023) dikutip dari Antara.

Setidaknya ada lima jenis love language yang dimiliki tiap orang, yakni physical touch (sentuhan fisik), words of affirmation (kata-kata penegasan), quality time (waktu berkualitas), receiveiving/giving gift (menerima/memberi hadiah), serta act of service (pelayanan).

Menurut Irma bahasa cinta ini juga bisa disebabkan oleh kebiasaan terdahulu, terutama kehangatan dalam lingkungan keluarga di rumah sangat menentukan bentuk seseorang mengekspresikan bahasa cintanya saat dewasa.

Baca Juga: Siswa SD-SMP di Depok Dilarang Rayakan Hari Valentine, Dinas Pendidikan: Tidak Sesuai Norma!

“Mungkin saja saat kecil dia butuh diberi kata-kata pujian, namun ternyata orang tuanya kurang memberikan itu, jadi saat dewasa kebutuhan itu dicari manifestasinya,” kata Irma.

Sebagai contoh, menurut Irma, bagi seseorang dengan bahasa cinta words of affirmation sensasi bahagia ketika mendapat pujian itu akan terasa lebih mendalam, seakan kebutuhan yang ia inginkan sejak lama didapatkan.

Tetapi bahasa cinta tidak selalu disebabkan luka di masa kecil, bisa juga karena sebaliknya. Orang-orang dengan kebutuhan kasih sayang yang terpenuhi di rumah semasa kecilnya juga akan membentuk bagaimana cara ia mengungkapkan cinta.

“Bisa juga di waktu kecil ternyata kebutuhan-kebutuhan itu justru selalu dipenuhi kedua orang tuanya, sehingga ketika dewasa itu menjadi otomatis di kepalanya karena kebiasaan, sehingga ketika dewasa sudah terkondisi seperti itu,” kata Irma.

Penulis : Kiki Luqman Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU