> >

Penyebab Tinggi Badan Orang Indonesia Tak Bisa Meningkat Pesat seperti Orang Korea Selatan

Lifestyle | 20 Januari 2023, 19:28 WIB
Suporter Korea Selatan bersuka ria setelah kemenangan tim bola tangan Korea Selatan atas Jerman pada pertandingan penyisihan cabang bola tangan wanita di Olimpiade 2008 Beijing, 11 Agustus 2008. (Sumber: AP Photo/Lee Jin-man)

Hal itu kian menguatkan pendapat bahwa faktor genetik hanya berpengaruh kecil pada tinggi badan seseorang.

“Walaupun tinggi badan bersifat keturunan tetapi dari lebih 200 gen yang terdeteksi dalam berbagai penelitian genomik hanya 10 persen yang menjelaskan hubungan dengan tinggi badan,” terang Kencana.

Baca Juga: 5 Olahraga Penambah Tinggi Badan, Salah Satunya Bisa Dilakukan sebelum Tidur

Faktor Nongenetik Paling Besar Pengaruhnya

Peran faktor nongenetik, seperti asupan gizi, penyakit, dan lingkungan, jauh lebih besar dalam memengaruhi tinggi badan seseorang.

Dengan demikian, Indonesia seharusnya juga bisa berpotensi mengalami peningkatan rata-rata tinggi badan pada penduduknya.

Tinggi badan penduduk di suatu bangsa secara tidak langsung bisa dipengaruhi pula oleh situasi ekonomi, politik, kualitas kesehatan, pendidikan, budaya, serta sistem ketahanan pangan di negara tersebut.

Ketika kondisi perekonomian suatu negara sedang krisis, angka kemiskinan cenderung bertambah. Tingkat inflasi pun meningkat.

Tingkat inflasi tersebut secara tidak langsung bisa juga berpengaruh pada status gizi masyarakat. Itu terjadi karena daya beli yang berkurang. Sementara di Indonesia, beberapa kali mengalami berbagai krisis.

“Tinggi badan bisa menjadi prediktor dari kondisi kemajuan ekonomi dan lingkungan secara jangka panjang di suatu daerah,” kata Kencana.

Menurut dia, sistem ketahanan pangan di Indonesia yang kurang baik juga berpengaruh pada kecukupan gizi masyarakat. Harga pangan di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan negara tetangga.

Hal tersebut terutama untuk harga pangan protein hewani, seperti daging, ayam, maupun susu. Jenis pangan tersebut dianggap sebagai pangan yang mahal dan sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat.

“Padahal untuk tumbuh diperlukan konsumsi protein hewani yang memadai. Tetapi kenyataannya konsumsi protein pada anak di Indonesia sangat rendah dan tidak mencapai angka kecukupan yang dianjurkan,” tuturnya.

Organisasi Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, konsumsi daging di Indonesia jauh di bawah rata-rata dunia, baik untuk konsumsi daging ayam, sapi, babi, maupun domba.

Pada tahun 2021, konsumsi daging ayam di Indonesia sebesar 8,1 kilogram per kapita, sementara rata-rata dunia 14,9 kilogram (kg) per kapita.

Untuk rata-rata konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 2,2 kg per kapita, sedangkan di dunia sebesar 6,4 kg per kapita.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas.id


TERBARU