> >

Usai Konten Aurel Keguguran, Kini Trending Ayah Ria Ricis Meninggal, Haruskah Begini? Ini Kata LIPI

Selebriti | 6 Juni 2021, 09:57 WIB
Konten Aurel Keguguran hingga konten ayah Ria Ricis meninggal tuai banyak views (Sumber: Youtube)

"Konten pada era ini ada gatekeeping," ujar Nina mengutip Kompas.com.

Untuk diketahui, gatekeeping adalah proses yang menyaring informasi untuk disebarluaskan, baik untuk publikasi, penyiaran, internet, atau beberapa mode komunikasi lainnya.

"Hal ini berbeda dengan era social media, media sifatnya mass-self. Individu (bukan institusi media) bisa memproduksi konten sekaligus mengkonsumsinya. Masyarakat disebut prosumer (produser sekaligus consumer)," terang Nina.

Dia mengatakan dalam kasus konten video keguguran Aurel. Atta Halilintar merupakan salah satu produsen konten di era mass-self. Konten yang dibuat Atta sebagian besar berisi kehidupan pribadi, dan konsumennya luar biasa banyak mencapai 27,6 juta subscribers.

"Dengan 27,6 juta subscribers, setiap gerak gerik kehidupannya dikonsumsi publik termasuk Ketika istrinya keguguran," ucap Nina.

Dia melanjutkan, apa relevansinya publik ingin tahu kehidupan pribadi Atta? Kenyataannya, kehidupan pribadinya tidak berhubungan dengan kehidupan masyarakat.

"Dalam sebuah wawancara (penelitian) terdapat informan yang mengatakan bahwa 'konten yang menarik adalah konten yang 'gue banget'," ungkap Nina.

"Konten Atta-Aurel menjadi 'gue banget' bagi sebagian masyarakat karena Atta-Aurel sering memperlihatkan kehidupan bak keluarga kerajaan. Yang (dalam) bahasa anak sekarang adalah sultan,"

Kehidupan bak sultan inilah yang sebenarnya menjadi mimpi banyak pengikut Atta-Aurel.

"Bayangkan hanya soal Aurel keguguran salah satu videonya ditonton hampir 10 juta orang. Di sini, fungsi media sebagai eskapisme atau melepaskan diri dari kenyataan sehari-hari,"

Baca Juga: Aurel Akui Dapat Jatah Jajan Ratusan Juta per Bulan dari Atta Halilintar

Dari hal ini, Nina berpendapat, bagaimanapun seharusnya hal pribadi yang dibagikan ke publik ada batasnya.

"Pengguna medsos Indonesia belum sadar ini. Perlu ada pertimbangan etika," kata Nina.

Lantas, apakah konten seperti ini arahnya akan terus diproduksi? "Tentu saja tidak," kata Nina menjawab.

Penulis : Ade-Indra-Kusuma

Sumber : Kompas TV


TERBARU