> >

Kementerian ESDM Nyatakan Indonesia Tidak Impor Minyak dari Iran

Energi | 15 April 2024, 17:37 WIB
Ilustrasi. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyatakan, Indonesia tidak mengimpor minyak dan gas dari Iran. (Sumber: RIA Novosti)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyatakan, Indonesia tidak mengimpor minyak dan gas dari Iran.

Hal itu disampaikan Tutuka Ariadji saat berbicara terkait dampak konflik Israel-Iran terhadap harga minyak dunia dan harga BBM di Indonesia. 

“Tidak ada (impor migas dari Iran). Walaupun kita sudah menjalin kerja sama dengan Iran, tetapi tidak mudah untuk melakukan implementasi,” kata Tutuka dalam webinar yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter, Senin (15/4/2024). 

Ia menjelaskan, Pertamina lebih banyak mengimpor BBM apabila dibandingkan dengan minyak mentah.

Sumber utama impor BBM Pertamina, berasal dari Singapura (56,58 persen), Malaysia (26,75 persen), dan India (6,28 persen).

Baca Juga: Joe Biden: Amerika Mengutuk Keras Serangan Iran ke Israel

Sementara untuk minyak mentah, RI mengimpor dari Arab Saudi dan Nigeria. Sedangkan untuk sumber utama impor LPG berasal dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

“Di sini ada negara yang bisa terlibat konflik, ya, misalnya di LPG ada Amerika Serikat,” ujarnya seperti dikutip dari Antara. 

“Jadi, kalau dari Saudi Arabia (Arab Saudi) tentunya berpengaruh, ya. Itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” terangnya. 

Ia juga menegaskan, harga BBM di Indonesia tidak berubah hingga Juni tahun 2024. Saat ini pemerintah masih menunggu bagaimana Israel menanggapi serangan Iran. 

Baca Juga: Iran Peringatkan Israel dan AS: Akan Ada Balasan Lebih Besar jika Tel Aviv Menyerang Lagi

Meskipun ada kemungkinan eskalasi konflik meluas, tetapi Tutuka menilai sebenarnya negara-negara dunia tidak ingin harga minyak naik terlalu tinggi. 

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel.

Sebelum serangan Iran terhadap Israel, lanjutnya, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih 5 dolar AS per barel tiap bulannya.

“Kalau kita soroti ICP dari bulan Februari, sebetulnya dari Maret dan April naik terus. Kenaikan kurang lebih 5 dolar AS per bulan,” ungkapnya. 

Ia berujar, respons Israel atas serangan Iran nantinya akan menentukan apakah harga minyak dunia akan meningkat secara berkelanjutan atau spike.

Baca Juga: Pakar Hubungan Internasional Nilai Wajar Iran Lancarkan Serangan Balasan terhadap Israel

Adapun yang dimaksud dengan spike adalah peningkatan harga secara tajam untuk sementara waktu sebelum kembali turun.

“Saya lebih cenderung untuk menunggu dulu apa reaksi dari Israel dan Amerika (Serikat) terhadap konflik tersebut. Jadi, masih diskusi, kemungkinan bisa lebih cenderung untuk spike dalam waktu yang tidak lama,” jelasnya. 

Penulis : Dina Karina Editor : Deni-Muliya

Sumber : Antara


TERBARU