> >

Pertama di ASEAN, Pertamina Produksi Bioavtur dari Minyak Sawit, Sukses Dipakai Garuda Indonesia

Energi | 12 Oktober 2023, 13:52 WIB
Para tamu undangan berfoto di depan pesawat Boeng 737-800 yang akan melakukan uji coba terbang menggunakan Bioavtur J2.4 menuju Pelabuhan Ratu, Tangerang, Banten, Rabu (04/10/2023). (Sumber: Pertamina)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pertamina lewat anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memproduksi bioavtur Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari campuran inti minyak kelapa sawit. Produksi dilakukan di Kilang Cilacap, Jawa Tengah.

Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman menjelaskan, Bioavtur-SAF telah berhasil melalui uji coba pada pesawat komersil Garuda Indonesia, dalam penerbangan dari Soekarno Hatta International Airport (CGK), Tangerang, Banten ke kawasan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat pada Rabu (4/10/2023).

“Hal ini menunjukkan tekad KPI untuk menjadi first mover dalam penyediaan Bioavtur-SAF di kawasan regional. Sebagaimana diketahui, untuk kawasan Regional Asia Tenggara saat ini hanya KPI yang berhasil melakukan commercial production Bioavtur hingga uji terbang,” kata Taufik dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari laman resmi Pertamina, Kamis (12/10/2023).

Sebelumnya, produk Bioavtur J 2.4 ini juga sudah pernah di uji coba produksi di Kilang TDHT/Green Refinery RU IV pada periode 2020-2021 untuk keperluan uji terbang pesawat CN 235 yang teregister Militer.

Baca Juga: Cetak Sejarah, Garuda Indonesia Rampungkan Uji Coba Bioavtur Minyak Sawit untuk Pesawat Komersial

“KPI telah meneguhkan komitmennya untuk menjadi leading dan pioneer dalam pengembangan drop in renewable fuel khususnya Bioavtur-SAF yang menjadi jawaban untuk dekarbonisasi industri penerbangan sipil yang dikategorikan hard to abate sector,” ujarnya.

Ia menyebut, keberhasilan uji coba Bioavtur-SAF ini berkat kerja sama Pertamina Group melalui Research & Technology Innovation (RTI), Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan Pertamina Patra Niaga (PPN) bersama dengan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, ITB, APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia), BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), LEMIGAS, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Garuda Indonesia dan Garuda Facility Maintenance.

Taufik mengakui, harga Bioavtur-SAF ini memang relatif lebih tinggi daripada avtur fosil. Namun, Bioavtur-SAF juga memiliki kelebihan yaitu Green House Gas emisi lingkup 3 yang lebih rendah daripada fossil fuel. Agar bahan bakar ramah lingkungan ini jadi lebih terjangkau untuk maskapai komersil, Taufik mengatakan diperlukan kebijakan dari pemerintah dan kerja sama lintas sektor.

Ia menerangkan, proses produksi Bioavtur-SAF ini dilakukan melalui Co-Processing Ester dan Fatty Acid (HEFA), yang telah memenuhi standar internasional untuk spesifikasi Avtur ASTM D 1655, Defstan 91-91 latest issued, serta SK Dirjen Migas No.59 K Tahun 2022.

Baca Juga: Bahlil Soal Investasi Migas di RI: Pertamina Jangan Nafsu Kuda Tenaga Ayam

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU